Kelebihan FC Mobile 25 Dibanding eFootball 2025, Apa Saja?
- YouTube
Jakarta, VIVA Digital – Persaingan antara FC Mobile 25 dari EA Sports dan eFootball 2025 milik Konami kembali menjadi sorotan tajam di kalangan gamer mobile pecinta sepak bola. Di tengah peluncuran versi beta untuk FC Mobile 25 dan perilisan resmi eFootball 2025, perdebatan soal fitur dan keunggulan masing-masing game pun semakin hangat.
Salah satu aspek yang paling menentukan pengalaman bermain—dan sering kali menjadi alasan utama pemain memilih game tertentu—adalah lisensi klub dan liga. Siapa yang lebih unggul di aspek ini?
Dominasi EA Sports di Bidang Lisensi
Tak bisa dimungkiri, sejak era FIFA Mobile hingga kini berganti nama menjadi EA Sports FC Mobile, EA memang dikenal memiliki koleksi lisensi yang sangat lengkap. Di FC Mobile 25, dominasi ini masih berlanjut dan bahkan semakin kuat. Kerja sama eksklusif dengan liga-liga besar seperti Premier League, Bundesliga, dan LaLiga EA Sports memastikan bahwa pemain bisa menikmati pengalaman bermain yang autentik: dari logo klub resmi, jersey original, nama pemain asli, hingga atmosfer pertandingan yang sangat menyerupai siaran televisi.
Salah satu fitur baru yang memperkuat kesan realistis di FC Mobile 25 adalah Club Challenge—mode pertandingan dengan broadcast package resmi dari LaLiga. Di sini, pemain bisa merasakan atmosfer El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona lengkap dengan overlay siaran, papan skor resmi, dan latar stadion khas LaLiga. Hal seperti ini sulit ditandingi oleh eFootball 2025, terutama dari segi kemitraan liga.
Keterbatasan Lisensi di eFootball 2025
Sementara itu, eFootball 2025 dari Konami tetap menghadapi kendala klasik: keterbatasan lisensi. Meskipun mereka punya keunggulan lisensi eksklusif untuk beberapa klub seperti AC Milan, Inter Milan, dan Lazio, namun secara keseluruhan koleksi klub dan liga resmi di eFootball masih jauh lebih sedikit dibandingkan FC Mobile. Konami kerap mengganti nama klub-klub yang tak berlisensi—misalnya Manchester United menjadi "Man Red" dan Chelsea menjadi "London FC"—yang tentu mengurangi rasa imersif dalam bermain.
Walaupun Konami telah meningkatkan aspek teknis seperti atmosfer stadion dan cuaca dinamis yang luar biasa pada eFootball 2025, banyak pemain tetap merasa bahwa tanpa lisensi resmi, pengalaman bermain terasa kurang autentik.
Lisensi Mempengaruhi Event dan Konten
Lisensi tidak hanya soal tampilan klub dan pemain, tapi juga berpengaruh pada konten event dan update mingguan. FC Mobile 25 menghadirkan Team of the Week (TOTW), Player of the Month (POTM), hingga kolaborasi langsung dengan performa dunia nyata. Ketika seorang pemain bersinar di liga, ia bisa langsung masuk ke dalam event game lengkap dengan selebrasi khas dan desain kartu real-time.
Bandingkan dengan eFootball 2025, yang meski punya sistem gacha yang menarik, tidak memiliki sistem TOTW atau POTM yang aktif. Ini membuat koneksi antara dunia sepak bola nyata dan permainan menjadi kurang terasa.
Realisme atau Fitur?
Tentu, sebagian pemain akan mengutamakan aspek lain seperti gameplay atau grafik, di mana eFootball 2025 memang menunjukkan perkembangan besar dengan cuaca dinamis dan cutscene sinematik. Namun, jika kita berbicara khusus soal lisensi, EA Sports tetap unggul jauh.
Dengan banyaknya klub resmi, stadion autentik, serta mode yang berbasis liga sungguhan, FC Mobile 25 memberikan sensasi bermain yang sangat mendekati kenyataan. Dalam industri game sepak bola, lisensi bukan sekadar aksesori visual—tetapi komponen penting yang menentukan imersi dan daya tarik jangka panjang.
Kesimpulan: FC Mobile 25 Masih Tak Tergoyahkan
Meskipun eFootball 2025 mengalami lonjakan kualitas dari sisi gameplay dan grafis, dari aspek lisensi klub dan liga, FC Mobile 25 masih unggul jauh. Pemain yang mencari kesan realistis—dengan emblem klub resmi, atmosfer stadion yang otentik, dan keterhubungan dengan pertandingan nyata—akan lebih merasa puas dengan FC Mobile.
Lisensi tetap menjadi senjata utama EA Sports di tengah ketatnya persaingan, dan sampai saat ini, eFootball belum mampu mengejar dominasi EA di bidang ini. Jika Konami tidak segera memperluas kemitraan lisensinya, gap ini hanya akan makin lebar.