13 Tahun Penantian: Mengapa GTA VI Butuh Waktu Selama Itu?

GTA VI
Sumber :
  • Rockstar Games

Digital, VIVARockstar Games akhirnya mengumumkan bahwa Grand Theft Auto VI (GTA VI) akan dirilis pada 26 Mei 2026, mundur dari rencana awal yang dijadwalkan musim gugur 2025.

Dengan pengumuman ini, penantian antara GTA V dan GTA VI resmi menjadi hampir 13 tahun, menjadikannya jeda terpanjang dalam sejarah seri GTA.

 

Sebagai perbandingan, dari tahun 2001 hingga 2013, Rockstar sukses meluncurkan lima seri utama: GTA III, Vice City, San Andreas, GTA IV, dan GTA V.

Dulu, mereka bisa menerbitkan satu judul baru setiap dua hingga tiga tahun. Lantas, kenapa kali ini Rockstar seperti “lupa waktu”?

Inilah sederet alasan mengapa GTA VI butuh waktu lebih dari satu dekade untuk hadir.

 

 

1. GTA V adalah Mesin Uang Tak Terbendung

 

Alasan terbesar penundaan GTA VI adalah  GTA V itu sendiri. Sejak rilis pada 2013, GTA V telah terjual lebih dari 215 juta kopi, menjadikannya salah satu game terlaris sepanjang masa.

Tapi angka penjualan itu belum seberapa dibandingkan dengan tambang emas bernama GTA Online.

 

Mode multiplayer ini memungkinkan pemain membeli properti, kendaraan mewah, dan menyelesaikan misi secara kooperatif, semua dibalut sistem mikrotransaksi.

Hasilnya? Menurut laporan Take-Two Interactive, GTA V dan GTA Online telah menghasilkan lebih dari USD8 miliar atau sekitar Rp128 triliun sejak pertama kali dirilis.

 

Selama komunitas GTA Online masih hidup dan dengan lebih dari 29 juta pemain aktif saat ini. Rockstar tidak punya urgensi finansial untuk buru-buru merilis sekuel.

 

2. Red Dead Redemption 2: Ambisi yang Menyita Energi

 

GTA VI juga tertunda karena ambisi besar Rockstar di proyek lainnya: Red Dead Redemption 2 (RDR2). Game ini dirilis pada 2018 dan disebut-sebut sebagai salah satu video game terbaik sepanjang masa berkat detil dunia terbuka, sistem cuaca, AI, hingga animasi realistis.

 

Proses pengembangannya sangat intens. Lebih dari 1.600 developer dilibatkan, dengan produksi yang memakan waktu empat tahun lebih penuh tekanan.

Tak hanya itu, Rockstar juga mengembangkan Red Dead Online, yang meskipun kurang sukses, tetap menyedot tenaga tim untuk maintenance.

 

3. Perubahan Internal Rockstar

 

Rockstar hari ini bukan lagi Rockstar yang dulu. Beberapa sosok penting, seperti Dan Houser pendiri sekaligus penulis utama seri GTA telah hengkang dari perusahaan. Kepergiannya pada 2020 menandai perubahan besar dalam arah kreatif Rockstar.

 

Tanpa figur sentral seperti Houser, proses pengembangan menjadi lebih hati-hati dan kolektif. Rockstar kini lebih fokus pada budaya kerja yang sehat setelah mendapat sorotan tajam soal praktik “crunch time” yang ekstrem saat mengerjakan RDR2.

Alih-alih kejar tayang, mereka lebih memilih memperpanjang waktu demi hasil maksimal.

 

4. Standar Baru untuk Open World

 

Setelah kesuksesan RDR2, ekspektasi untuk GTA VI melonjak drastis. Rockstar bukan hanya dituntut membuat game open-world yang luas, tapi juga hidup dan interaktif.

Dari bocoran yang muncul pada 2022, GTA VI akan berlatar di Vice City (Miami) dan kemungkinan akan menampilkan lebih banyak kota lain.

 

GTA VI digadang-gadang akan membawa peningkatan signifikan di sektor AI NPC, sistem lalu lintas, dinamika sosial, dan efek cuaca. Intinya: dunia virtualnya harus lebih realistis dari RDR2, yang notabene sudah sangat mengagumkan.

 

5. Pandemi dan Keamanan Digital

 

Jangan lupakan pandemi Covid-19, yang memperlambat hampir semua industri, termasuk pengembangan game. Rockstar harus menyesuaikan diri dengan sistem kerja jarak jauh, yang tak hanya membuat produksi jadi lambat, tapi juga memperbesar risiko kebocoran data dan serangan hacker.

 

Hal ini terbukti pada 2022, ketika footage awal GTA VI bocor ke internet dalam skala besar, memicu kekhawatiran soal keamanan siber di lingkungan kerja Rockstar.

 

 

GTA VI: Lebih dari Sekadar Game

 

GTA VI bukan hanya ditunggu sebagai hiburan, tapi juga sebagai fenomena budaya pop. Game ini diperkirakan akan mengusung tema yang lebih reflektif terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi modern.

Tak berlebihan jika banyak yang menyebut GTA VI sebagai “artefak digital” yang bisa memantik debat etika, kekaguman teknologi, dan tentu saja nostalgia berjamaah.

 

Penantian 13 tahun mungkin terasa panjang. Tapi jika melihat rekam jejak Rockstar, mungkin ini justru akan menghasilkan game yang tak hanya memuaskan ekspektasi, tapi juga menetapkan standar baru bagi industri gim dunia.