Apa Penyebab Point Blank Mulai Ditinggalkan? Ini Penjelasan Lengkapnya
- Istimewa
Pada tahun 2015, lisensi Point Blank berpindah ke tangan publisher besar Garena. Peralihan ini memberi angin segar: migrasi akun agar pemain lama tidak kehilangan data, peningkatan kualitas server, event e-sport bergengsi seperti PBNC (Point Blank National Championship), serta konten video berkualitas di YouTube.
Garena juga menghadirkan banyak pembaruan seperti map baru, mode permainan tambahan termasuk zombie, dan skin karakter yang menarik. Namun, lagi-lagi, masalah cheat terus menghantui. Meski Garena telah menerapkan sistem anti-cheat seperti SignCode, kenyataannya cheat tetap merajalela dan bahkan semakin canggih.
Kembali ke Tangan Zepetto
Pada penghujung 2018, Garena resmi menyerahkan kembali Point Blank ke tangan pengembang aslinya, Zepetto. Zepetto mengambil pendekatan lebih intim dengan komunitas, termasuk melalui program seperti Grebek Warnet. Mereka juga berusaha memperkuat sistem anti-cheat dengan tim khusus dan sistem baru bernama Cheat Blocker.
Namun, masalah tak hanya berasal dari dalam. Dari luar, kompetisi semakin ketat. Game-game FPS modern seperti Valorant, Call of Duty: Warzone, Counter-Strike 2, dan lainnya menghadirkan pengalaman bermain yang lebih halus, grafis lebih realistis, serta engine yang lebih mutakhir. Sementara itu, Point Blank masih menggunakan engine lama yang mulai terasa usang.
Zepetto memang berusaha menyegarkan tampilan dengan peningkatan grafis seperti pada map Luxville yang kini terlihat lebih jernih dan detail. Namun, sistem matchmaking yang membingungkan dan kurangnya konsistensi pada desain map membuat pengalaman bermain terasa tidak seimbang.
Mengapa Point Blank Mulai Ditinggalkan?