Galaxy A56 Punya Fast Charging 45W, Galaxy S25 Cuma 25W: Siapa Jawaranya di Daya Tahan?

Samsung Galaxy A56 dan Galaxy S25
Sumber :
  • YouTube

Jakarta, VIVA Digital – Samsung telah meluncurkan dua perangkat dari lini berbeda yang menarik perhatian pasar: Galaxy A56 dan Galaxy S25. Meski berasal dari segmen mid-range dan flagship, Namun, perbedaan tersebut tidak selalu mencerminkan pengalaman pengguna secara langsung, terutama dalam hal daya tahan dan pengisian daya.

Satu hal yang langsung mencolok adalah kemampuan pengisian daya cepat. Galaxy A56 menawarkan fast charging hingga 45 watt, jauh di atas Galaxy S25 yang hanya mendukung pengisian 25 watt. Dalam praktiknya, ini berarti Galaxy A56 dapat mengisi daya dari 0 hingga penuh dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan S25. 

Dalam pengujian nyata yang dilakukan YouTube Ultra Value Tech, A56 memberikan kenyamanan luar biasa bagi pengguna yang sering bepergian dan membutuhkan ponsel cepat terisi.

Sayangnya, Galaxy A56 tidak dilengkapi dengan fitur wireless charging, berbeda dengan Galaxy S25 yang mendukung pengisian daya nirkabel hingga 15 watt. Namun fitur ini membutuhkan aksesori tambahan yang kompatibel, termasuk casing khusus yang memiliki magnet terintegrasi.

Soal kapasitas baterai, Galaxy A56 unggul dengan 5.000 mAh, sementara Galaxy S25 hanya dibekali 4.000 mAh. Secara teori, ini memberikan A56 keunggulan dari segi ketahanan penggunaan. 

Namun, Galaxy S25 memiliki keunggulan pada efisiensi daya berkat prosesor generasi terbaru yang lebih hemat energi. Dalam penggunaan sehari-hari, daya tahan kedua ponsel ini tergolong seimbang, meski A56 masih sedikit unggul karena kapasitas baterainya yang lebih besar.

Pengalaman penggunaan pun cukup mengejutkan. Meski Galaxy S25 memiliki keunggulan teknis di atas kertas, seperti RAM 12 GB dan chipset unggulan, dalam penggunaan harian, keduanya terasa serupa. Aplikasi umum seperti kamera, Play Store, hingga game ringan dapat dijalankan nyaris tanpa perbedaan berarti. Bahkan A56 terasa sangat mulus dan responsif, membuktikan bahwa spesifikasi tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan pengalaman nyata.