Ketika AI Mulai Bicara Sendiri, Inilah Fitur Veo 3 yang Bikin Ngeri dan Kagum

Google Rilis Veo 3
Sumber :
  • xbodrum.com

Digital, VIVA – Google kembali mengguncang dunia teknologi dengan peluncuran Veo 3, model kecerdasan buatan generatif terbaru yang mampu menciptakan video lengkap dengan audio otomatis.

Diperkenalkan dalam ajang Google I/O 2025, teknologi ini tidak hanya mampu menghasilkan gambar bergerak yang realistis dari deskripsi teks, tetapi juga menyisipkan suara latar, dialog, hingga efek suara tanpa memerlukan input suara dari pengguna.

Keunggulan ini menjadi lompatan besar dalam perkembangan AI kreatif, yang selama ini hanya mampu menghasilkan gambar atau video tanpa suara. Kini, dengan kemampuan Veo 3, siapa saja dapat membuat video seolah-olah diproduksi oleh tim profesional, lengkap dengan narasi dan atmosfer audio yang terasa nyata.

Namun, kemajuan pesat ini juga mengundang perhatian serius dari para pengamat teknologi yang khawatir akan potensi penyalahgunaan, seperti produksi video fiktif yang tampak autentik dan menyebarkan informasi menyesatkan secara luas di internet.

 

Salah satu yang menyoroti hal ini adalah Allison Johnson, jurnalis teknologi berpengalaman dari The Verge. Ia menyebut Veo 3 sebagai mesin slop AI karena sering kali menambahkan konten visual maupun audio yang tidak diminta pengguna.

Dalam pengujian yang dilakukannya, ia mencoba membuat video tentang kebakaran di menara Space Needle. Hasilnya, AI tidak hanya menampilkan adegan bencana, tetapi juga menyisipkan sosok pembawa berita lengkap dengan suara dan laporan langsung dari lokasi, padahal Johnson tidak menyertakan permintaan tersebut dalam prompt teks.

 

Kemampuan Veo 3 untuk menghasilkan suara secara otomatis tidak terbatas pada efek dramatis. Dalam eksperimen lain, dua kucing kartun yang sedang memancing pun dibuat berbincang-bincang secara natural, padahal tidak ada instruksi apa pun terkait dialog.

Hal ini memunculkan kekhawatiran besar tentang seberapa mudah masyarakat nantinya memproduksi video manipulatif yang sulit dibedakan dari kenyataan, terutama jika dibuat seolah-olah datang dari sumber kredibel seperti lembaga berita.

 

Instruktur Harvard Law School, Alejandra Caraballo, bahkan berhasil membuat video palsu yang menampilkan pembawa berita mengumumkan kematian Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth, yang sejatinya masih hidup.

Meskipun Google mengklaim telah menerapkan pembatasan penggunaan, seperti pelarangan membuat video tentang kematian presiden atau tokoh publik lainnya, beberapa celah masih bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan konten menyesatkan dengan tampilan dan suara yang sangat meyakinkan.

 

Kekhawatiran semakin besar ketika Veo 3 digunakan untuk membuat video yang tidak bersifat personal namun sangat efektif secara visual dan audio. Untuk membuat konten seperti kartun anak-anak misalnya, Veo 3 terbukti sangat mumpuni.

Dalam hitungan menit, sistem mampu membuat video seperti yang sering ditemukan di YouTube Kids, truk monster berwarna-warni yang meluncur ke dalam kolam cat lengkap dengan efek suara dan musik ceria yang sinkron dengan gambar.

 

Meski begitu, Veo 3 belum mengizinkan pengguna untuk membuat deepfake personal secara langsung. Ketika Johnson mencoba membuat video dengan wajah dan suara miliknya sendiri, sistem menolak memproses permintaan tersebut.

Namun dengan kemajuan yang sangat cepat, bukan tidak mungkin fitur tersebut akan muncul di masa depan.

 

Saat ini, video berdurasi panjang masih perlu diproses melalui sistem lama, yaitu Veo 2, yang belum dilengkapi dengan fitur audio otomatis.

Pengembangan Veo 3 diyakini akan segera mencakup fitur durasi panjang, yang membuka potensi untuk produksi film penuh hanya dengan prompt teks dan beberapa klik.

 

Di sisi lain, Google mencoba menunjukkan sisi positif dari teknologi ini. Dalam ajang peluncurannya, mereka menampilkan hasil kolaborasi antara seniman visual Eliza McNitt dan sutradara kenamaan Darren Aronofsky yang memanfaatkan Veo 3 dalam pengembangan film eksperimental.

Proyek tersebut menjadi bukti bahwa jika digunakan dengan bijak, Veo 3 bisa menjadi alat bantu kreatif yang sangat kuat.

 

Namun Allison Johnson menutup laporannya dengan nada kritis. Ia meyakini bahwa di luar potensi sinematik yang dijanjikan, justru lebih besar kemungkinan Veo 3 akan digunakan untuk membanjiri internet dengan video generik, tidak bermutu, dan hambar yang dihasilkan secara instan oleh AI, sebuah banjir konten yang bisa mempengaruhi cara manusia mengonsumsi informasi di era digital.