Jika GPS Diblokir, Apakah Rudal Masih Bisa Mengenai Target? Ini Penjelasannya

Rudal Jelajah Korea Utara
Sumber :
  • Antara

Walau akurat, sistem GPS memiliki satu kelemahan besar, ketergantungan pada sinyal dari satelit milik negara lain. Dalam konteks geopolitik, ini berisiko tinggi. GPS dikendalikan sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Di pihak lain, Rusia memiliki sistem GLONASS, Cina dengan BeiDou, dan Uni Eropa mengembangkan Galileo.

Dalam kondisi perang, negara pemilik sistem navigasi satelit dapat membatasi, mengacaukan, atau memblokir akses ke sistem mereka. Artinya, jika sebuah negara menggunakan rudal berpanduan GPS dan aksesnya diblokir oleh AS, rudal tersebut bisa kehilangan arah atau gagal mencapai target.

Lebih dari itu, sinyal GPS dapat dengan mudah terganggu atau dijamming menggunakan teknologi peperangan elektronik (electronic warfare). Beberapa negara bahkan telah mengembangkan perangkat jamming yang mampu membutakan rudal GPS di wilayah tertentu.

Solusi Alternatif: INS, TERCOM, dan DSMAC

Untuk mengantisipasi kemungkinan kehilangan sinyal GPS, rudal modern tidak hanya mengandalkan satu sistem. Umumnya, mereka dilengkapi dengan kombinasi sistem navigasi, termasuk INS, TERCOM (Terrain Contour Matching), dan DSMAC (Digital Scene Matching Area Correlation).

INS tetap digunakan sebagai dasar, menghitung posisi rudal berdasarkan data sensor internal. INS modern, menggunakan teknologi MEMS dan ring-laser gyroscope, bisa meleset hanya beberapa meter setelah menempuh jarak ribuan kilometer.

TERCOM menggunakan peta kontur permukaan bumi yang telah diinput sebelum peluncuran. Rudal mencocokkan data kontur yang ditemui dengan peta digital tersebut untuk memperbaiki posisinya selama terbang.