Microsoft Bocorkan Fakta Mengejutkan soal Peran AI di Indonesia
- Istimewa
Microsoft menjelaskan bahwa proses transformasi menuju Frontier Firm terbagi ke dalam tiga fase utama:
- AI sebagai Asisten
Pada tahap awal, AI digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas repetitif yang selama ini menyita waktu tenaga kerja manusia. Ini membantu meningkatkan efisiensi operasional. - AI sebagai Rekan Kerja Digital
Di fase ini, AI mulai mengambil peran lebih spesifik, seperti mendukung riset dan perencanaan proyek secara aktif. - AI sebagai Pengelola Alur Kerja Mandiri
Tahap paling lanjut adalah ketika AI mengambil alih pengelolaan proses kerja, sementara manusia berfokus pada strategi dan hanya turun tangan bila diperlukan.
Struktur ini memungkinkan perusahaan menjadi lebih adaptif, efisien, dan siap menghadapi tantangan global. Selain itu, model kerja hybrid—yang menggabungkan manusia dan AI—juga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat serta penciptaan nilai tambah di setiap jenjang pekerjaan.
Tantangan dan Peluang
Namun, Microsoft juga mencatat adanya kesenjangan pemahaman terhadap AI di Indonesia. Jika 87 persen pemimpin mengaku sudah cukup memahami teknologi AI, hanya 56 persen karyawan yang merasa demikian. Ketimpangan ini menjadi sinyal penting bahwa transformasi tidak cukup hanya pada level manajerial, tetapi juga harus menyentuh seluruh lini organisasi.
“Ini adalah panggilan untuk bertindak. Kita harus berinvestasi pada pengembangan keterampilan, membangun budaya kerja baru, dan menanamkan literasi AI agar semua orang siap berperan sebagai ‘agent boss’,” tegas Dharma.
Ia juga menekankan pentingnya menetapkan rasio ideal antara manusia dan agen digital, guna memastikan AI benar-benar menjadi pelengkap bagi kreativitas dan pengambilan keputusan manusia.