Drone Super Senyap Pasukan Khusus Bisa Luncurkan Drone Mini, Strategi Perang Dunia Bakal Alami Revolusi

Drone Super Senyap
Sumber :
  • TWZ

Digital, VIVA – Dunia militer kembali dikejutkan dengan inovasi senyap yang tengah dikembangkan oleh Pasukan Operasi Khusus Amerika Serikat. Bayangkan sebuah drone pengintai yang tak bersuara, mampu bertahan lama di udara, dan kini memiliki kemampuan luar biasa.

Drone-drone mini yang bisa menyusup ke wilayah musuh, melakukan pengintaian, bahkan menghantam target secara presisi. Ini bukan lagi skenario film fiksi ilmiah, tapi kenyataan yang mulai diterapkan dalam operasi militer masa kini.

Drone super senyap bernama Long Endurance Aircraft atau LEA, yang juga dikenal dengan kode RQ-29, kini sedang dimodifikasi untuk bisa membawa dan meluncurkan sistem udara tak berawak yang lebih kecil atau yang disebut dengan Air Launched Effects (ALE).

Dengan kemampuan ini, satu unit drone besar bisa menjadi ‘induk’ bagi pasukan drone kecil yang siap diterjunkan ke berbagai misi berbahaya. Teknologi ini digadang-gadang akan menjadi pengubah permainan dalam strategi perang modern.

Berikut penjabaran lengkap mengenai pengembangan canggih ini:

Pengganda Kekuatan di Udara

Dengan kemampuan meluncurkan drone kecil dari udara, LEA bisa bertahan di ketinggian aman tanpa mengungkap posisinya, sementara ALE yang diluncurkan bekerja di garis depan. Ini membuat misi seperti pengintaian, serangan cepat, hingga sabotase elektronik bisa dilakukan dengan risiko minim.

Perubahan Fokus Anggaran SOCOM

Komando Operasi Khusus AS (SOCOM) mengajukan perubahan dalam pengalokasian anggaran tahun fiskal 2026. Dana yang sebelumnya untuk program Next Generation LEA UAS, kini dialihkan untuk integrasi ALE dan peningkatan sistem komunikasi LEA yang sudah ada. Langkah ini menandai fokus baru: mengoptimalkan teknologi yang telah terbukti daripada mengejar sistem baru yang masih dikembangkan.

Apa Itu Air Launched Effects (ALE)

ALE adalah sistem drone mini yang bisa dikustomisasi untuk berbagai misi. Mulai dari intelijen, pengawasan, pengintaian, gangguan sinyal musuh, hingga menjadi umpan atau bahkan senjata penyerang. Drone ini dapat diluncurkan dari platform udara, darat, atau laut, menjadikannya sangat fleksibel dalam berbagai skenario peperangan.

Misteri di Balik RQ-29

Hingga kini, banyak detail mengenai RQ-29 yang masih dirahasiakan. Jumlah pasti unit yang digunakan militer AS juga belum diungkap ke publik. Namun, program ini diketahui sudah berjalan sejak 2013 dengan perusahaan TSC (Technology Service Corporation) sebagai pengembang utama.

Cocok untuk Perang Ireguler dan Terorisme

LEA diciptakan untuk mendukung operasi di wilayah-wilayah sulit yang sering digunakan dalam operasi kontra-pemberontakan dan kontra-terorisme. Drone ini dirancang dengan biaya yang relatif rendah namun tetap menawarkan kemampuan ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) yang tinggi di medan berintensitas rendah.

Jangkauan Sensor yang Lebih Luas

Dengan bantuan ALE, LEA tidak perlu lagi terbang langsung di atas wilayah musuh. Drone kecilnya bisa dikirim ke target tertentu, mengurangi risiko terdeteksi dan memperbesar jangkauan pengamatan.

Komando Udara untuk Drone-Drone Mini

Satu unit LEA bisa mengontrol beberapa drone kecil sekaligus dan bertindak sebagai pusat relai komunikasi. Ini memungkinkan operasi pengintaian yang lebih luas dan simultan ke berbagai area target.

Potensi sebagai Penyerang

Tak hanya untuk mengintai, ALE juga bisa dilengkapi dengan hulu ledak untuk serangan kinetik. Artinya, LEA tak lagi hanya mata-mata di langit, tapi juga bisa menjadi senjata penghancur yang mematikan namun tetap sulit dideteksi.

Relevansi dalam Perang Skala Besar

Konsep peluncuran drone dari udara juga menjadi cara AS menjaga relevansi platform seperti MQ-1C Gray Eagle dan MQ-9 Reaper dalam menghadapi konflik skala besar. Dengan ALE, dua drone legendaris ini bisa diperbarui tanpa perlu digantikan total.

Fokus Strategis ke Kawasan Indo-Pasifik

Sejak tahun lalu, LEA disebut-sebut akan dikerahkan di wilayah Indo-Pasifik. Ini sejalan dengan pergeseran strategi militer AS yang kini lebih fokus pada potensi konflik besar melawan negara-negara pesaing, khususnya di kawasan Asia.

Bukan Satu-satunya Drone Senyap

Selain LEA, militer AS juga tengah mengembangkan sejumlah drone senyap lainnya seperti ULTRA (Unmanned Long-endurance Tactical Reconnaissance Aircraft) dari Angkatan Udara dan XRQ-73A SHEPARD milik DARPA. Semua dirancang untuk operasi jangka panjang dan sulit dilacak oleh radar musuh.

Masa Depan Perang yang Sepi Tapi Mematikan

Kombinasi antara LEA dan ALE bisa menjadi fondasi dari perang masa depan yang minim suara, minim kehadiran fisik manusia, tapi dengan dampak yang sangat besar. Senjata ini bisa menyusup tanpa terlihat dan menyerang tanpa peringatan.

Pengembangan drone LEA dengan kemampuan meluncurkan drone kecil menjadi lompatan besar dalam dunia militer. Teknologi ini bukan hanya memperluas jangkauan pengawasan dan kekuatan serangan, tapi juga menandai babak baru dalam peperangan modern: perang diam-diam yang sangat mematikan.

Bukan tidak mungkin, dalam waktu dekat peperangan besar tidak lagi diawali oleh dentuman bom, tetapi oleh dengungan pelan drone yang nyaris tak terdengar.