Inovasi Teknologi bikin Davina F1 Melesat
- tia.org.za
Digital, VIVA – Budidaya melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena harga jualnya yang relatif mahal dan stabil.
Namun, tantangan seperti serangan hama, penyakit, dan dampak cuaca ekstrem sering kali menghambat produktivitas dan kualitas panen.
Untuk mengatasi masalah ini, inovasi teknologi pertanian modern seperti smart farming, sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT), atau penggunaan screenhouse telah membawa perubahan signifikan dalam budidaya melon.
Berbagai inovasi teknologi kini telah diterapkan dalam budidaya melon, mulai dari tahap persiapan hingga pascapanen:
1. Hidroponik dan Aeroponik
Sistem hidroponik (menanam tanpa tanah dengan larutan nutrisi) dan aeroponik (menanam dengan menyemprotkan larutan nutrisi langsung ke akar) menjadi solusi efektif untuk keterbatasan lahan.
Sistem ini memungkinkan budidaya di area sempit, bahkan vertikal (vertical farming), dan mengurangi penggunaan air secara signifikan.
Kontrol nutrisi yang lebih presisi juga berdampak pada pertumbuhan tanaman yang lebih optimal dan kualitas buah yang seragam.
2. Irigasi Tetes Otomatis (Drip Irrigation)
Penggunaan irigasi tetes otomatis dengan sensor kelembaban tanah memungkinkan penyaluran air dan nutrisi langsung ke zona akar tanaman secara terukur.
Hal ini meminimalkan pemborosan air, mencegah penguapan yang tidak perlu, dan memastikan tanaman mendapatkan asupan yang tepat sesuai kebutuhannya.
Efisiensi penggunaan air dapat mencapai 70% dibandingkan irigasi konvensional.
3. Teknologi Rumah Kaca (Greenhouse) dan Sistem Kontrol Lingkungan
Pemanfaatan rumah kaca modern dengan sistem kontrol lingkungan terintegrasi menjadi kunci untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Di dalam rumah kaca, faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan konsentrasi CO2 dapat diatur secara optimal.
Beberapa rumah kaca bahkan dilengkapi dengan sistem pendingin (cooling pad) dan pemanas (heater), serta tirai otomatis untuk mengatur intensitas cahaya.
Ini menciptakan lingkungan mikro yang ideal untuk pertumbuhan melon, melindunginya dari hama penyakit dan cuaca ekstrem.
4. Sensor dan Internet of Things (IoT)
Implementasi sensor dan Internet of Things (IoT) merevolusi pemantauan budidaya melon.
Sensor dapat ditempatkan di tanah, udara, dan bahkan pada tanaman untuk mengumpulkan data real-time tentang kelembapan, suhu, pH tanah, nutrisi, dan kesehatan tanaman.
Data ini kemudian ditransmisikan ke petani melalui platform digital (aplikasi smartphone atau komputer), memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Misalnya, sistem dapat memberi tahu petani kapan harus menyiram, memupuk, atau mendeteksi gejala penyakit sejak dini.
5. Penggunaan Drone untuk Pemantauan Lahan
Drone atau pesawat nirawak.
- CNN
Drone dilengkapi dengan kamera multispektral dapat digunakan untuk memantau kesehatan tanaman secara luas.
Drone dapat mendeteksi area yang mengalami stres nutrisi, serangan hama, atau penyakit yang tidak terlihat dengan mata telanjang.
Informasi ini memungkinkan petani untuk melakukan intervensi dini secara spesifik pada area yang membutuhkan, mengurangi penggunaan pestisida secara berlebihan.
6. Bioteknologi dan Varietas Unggul
Melalui bioteknologi, riset terus dilakukan untuk menghasilkan varietas melon unggul yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan tertentu, dan memiliki kualitas buah yang lebih baik (rasa, aroma, tekstur, dan umur simpan).
Pengembangan varietas hibrida juga berperan dalam meningkatkan produktivitas.
Budidaya melon.
- Dok. Istimewa
Lebih dari 1.000 petani dari berbagai daerah di Jawa Timur berkumpul di Desa Getas, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, untuk mengikuti panen raya melon varietas Davina F1 di lahan seluas satu hektare.
Kegiatan kolosal ini bukan sekadar perayaan panen. Ia menjadi simbol kebangkitan semangat bertani secara modern, berbasis teknologi benih unggul dan pendampingan lapangan.
Managing Director PT East West Seed Indonesia (produsen benih Cap Panah Merah), Glenn Pardede, menyebutnya sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung petani Indonesia, bukan hanya dari sisi benih, tetapi juga lewat edukasi dan pendampingan.
“Petani perlu bukti, bukan janji. Melalui panen raya ini, kami tunjukkan hasil nyata Davina F1. Kami ingin lebih banyak petani melihat sendiri keunggulannya, sehingga tertarik menanam,” kata Glenn.
Melon Davina F1 diklaim memiliki sejumlah keunggulan. Mulai dari tahan terhadap virus yang umum menyerang melon lokal, cepat panen yakni sekitar 55–60 hari setelah tanam, dan ideal untuk tanam intensif dan cocok di lahan sempit sekali pun.
Melon Davina F1 memang telah diuji di banyak lokasi. Keunggulannya terletak pada produktivitas tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas buah premium yang sesuai dengan permintaan pasar modern. Bentuk buahnya seragam, kulit kokoh, dan memiliki daya simpan lebih lama—ideal untuk pasar ritel dan ekspor.
“Melon Davina F1 terbukti mampu tumbuh baik di berbagai wilayah mulai dari Madiun hingga Banyuwangi - semuanya di Jawa Timur. Kami targetkan produksi mencapai 45 ton per hektare. Selain benih unggul, kami juga siapkan tenaga lapangan untuk membantu petani dari awal tanam hingga panen,” jelasnya.