Cantik tapi 'Beracun', Penyelam Ini Bersih-bersih Lautan dari Serbuan Sampah Plastik

Garmin Ocean Clean Up.
Sumber :
  • Dok. Garmin

Digital, VIVA - Sebagai bagian dari komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan, Garmin Indonesia bekerja sama dengan Divers Clean Action (DCA) menggelar kegiatan Ocean Clean Up di Kepulauan Seribu.

Tidak hanya membersihkan pesisir pantai, aksi ini juga mencakup pembersihan bawah laut yang melibatkan para penyelam bersertifikat dan dukungan dari masyarakat lokal.

Berlokasi di dua titik utama, yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka, aksi bersih-bersih laut ini melibatkan total 15 orang penyelam bersertifikat, serta tim dari Garmin Indonesia, relawan DCA, penyelam dari Odydive, dan perwakilan masyarakat lokal.

Aksi Ocean Clean Up menggunakan metode pembersihan laut yang telah dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama DCA, agar proses pengangkatan sampah tetap efisien sekaligus aman bagi terumbu karang dan biota laut.

"Laut yang bersih bukan hanya soal keindahan, tapi juga soal masa depan. Kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk peduli dan bergerak bersama menyelamatkan laut Indonesia," kata Marketing Communication Manager Garmin Indonesia, Rian Krisna.

Selama aksi Ocean Clean Up yang dilakukan di dua lokasi penyelaman, total 56,3 kilogram sampah berhasil diangkat dari dasar laut dan garis pantai. Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah plastik sekali pakai dan limbah tekstil, yang menunjukkan besarnya ancaman polusi dari konsumsi harian masyarakat terhadap ekosistem laut.

Rincian sampah yang dikumpulkan antara lain:

Garmin Ocean Clean Up.

Photo :
  • Dok. Garmin

- Plastik sekali pakai: 21,5 kg.

- Tekstil: 15,3 kg.

- Karet: 6,5 kg.

- Kaca: 9,5 kg.

- Logam: 2,4 kg.

- Plastik yang dapat didaur ulang: 1,1 kg.

Adapun cakupan garis pantai untuk masing-masing lokasi adalah:

- Pulau Panggang: 263,45 meter.

- Pulau Pramuka: 287,80 meter.

Temuan ini sekaligus menegaskan bahwa sampah tidak hanya mengotori pantai, tetapi juga tersembunyi di dasar laut dan sering kali menjerat biota laut, merusak karang, hingga mengganggu rantai makanan alami.

Ocean Clean Up juga menjadi ruang pembelajaran bagi seluruh peserta tentang pengelolaan sampah terpadu yang telah diterapkan oleh komunitas Pulau Pramuka. Di pulau ini, masyarakat sudah menjalankan pemilahan sampah menjadi tiga kategori utama yaitu organik, anorganik, dan residu.

Sampah organik dikelola dengan memanfaatkan komposter untuk mengubah limbah makanan menjadi kompos. Nantinya, kompos ini digunakan untuk kegiatan bercocok tanam lokal. Selain itu ada juga pemanfaatan maggot (larva lalat Black Soldier Fly) untuk mengurai limbah organik.

Sementara sampah anorganik seperti botol dan ember plastik yang masih memiliki nilai ekonomi disalurkan ke bank sampah seperti Rumah Hijau dan Alu Alu di Pulau Pramuka. Jenis plastik kemasan yang tidak bisa digunakan kembali diproses dengan mesin pirolisis, yang dapat mengubah plastik menjadi bahan bakar.

Sampah residu yang tidak bisa diolah dikumpulkan di tempat penampungan sementara sebelum dikirim ke luar pulau. Sistem ini menjadi contoh konkret pengelolaan limbah berbasis masyarakat yang dapat ditiru di berbagai wilayah pesisir Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi kehadiran Garmin Indonesia yang tidak hanya mendukung secara sumber daya, tetapi juga terlibat langsung di lapangan. Dukungan seperti inilah yang kami harapkan dari pelaku industri dalam mengatasi krisis sampah laut di Indonesia,” ujar Haneeza Afra, Engagement Specialist dari DCA.