Merah Putih One for All Diduga Gunakan Aset 3D Murah, Padahal Dana Rp 6,7 Miliar!

Merah Putih One for All
Sumber :
  • YouTube/CGV

Jakarta, DigitalFilm animasi Merah Putih: One for All yang dijadwalkan rilis di bioskop pada 14 Agustus 2025 justru menjadi bahan perbincangan panas di media sosial. Alih-alih disambut dengan pujian, karya garapan Perfiki Kreasindo ini dibanjiri kritik setelah warganet menemukan dugaan penggunaan aset animasi stok murah dari platform Reallusion Content Store.

Isu ini mencuat ketika sejumlah netizen membagikan tangkapan layar dan video perbandingan karakter di film tersebut dengan model 3D yang dijual di Reallusion. Hasilnya, beberapa karakter dinilai sangat mirip dengan aset buatan desainer luar negeri, di antaranya Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang tersedia langsung di katalog Reallusion.

Yang membuat publik terkejut, harga aset-aset tersebut disebut hanya sekitar USD 43,50 atau setara Rp 700 ribuan per item. Padahal, kabar yang beredar menyebutkan anggaran produksi film ini mencapai Rp 6,7 miliar. Temuan ini memicu sindiran pedas di berbagai platform media sosial.

Salah satu komentar di Facebook yang ramai dibagikan datang dari akun @richgoddessdin yang menulis, “Anggaran 6M, modal produksinya paling nggak sampai 100 juta, animasi beli template 10–20 dolar per item ditempel-tempel doang,”

Komentar lain dari pengguna Darknesa juga menyindir gaya visual film ini, “Nggak heran karakternya style-nya pada beda-beda.”

Senada, akun Bintang menambahkan, “Terjawab pertanyaan gue, kenapa ada mismatch secara artstyle.”

Salah satu kreator aset yang disorot adalah Junaid Miran, desainer 3D asal Pakistan yang aktif menjual model bergaya toon di Reallusion. Miran, yang juga pendiri Robust Films, diketahui telah merilis berbagai paket karakter seperti The Smiths Family dan 3D Stylized Toon Girls, dengan harga mulai dari USD 10–20 per item.

Akibatnya, kanal YouTube milik Junaid Miran pun dibanjiri komentar dari warganet Tanah Air.

“Karakter ini dibeli oleh seorang animator di Indonesia untuk membuat film yang akan tayang pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Sejujurnya kualitasnya sangat buruk dan menuai kritik dari orang Indonesia. Tapi karakternya sendiri tidak. Lucu saja, mengingat anggarannya disebut besar tapi kualitasnya seperti ini,” tulis @aviationid0116.

Menanggapi komentar tersebut, Miran mengaku dirinya tidak menerima bayaran langsung dari penjualan aset ke Indonesia. “Sayangnya saya tidak menerima uang,” tulisnya singkat.

Hingga kini, pihak Perfiki Kreasindo belum memberikan klarifikasi resmi terkait tuduhan penggunaan aset stok tersebut. Sementara itu, perdebatan di media sosial terus bergulir, dengan sebagian warganet menilai penggunaan aset siap pakai bukanlah masalah selama diolah dengan kreativitas, sementara yang lain menilai hal ini mencederai ekspektasi publik terhadap film dengan anggaran besar.