DeepSeek-R2 Siap Meluncur, China Tantang Dominasi AI Barat dengan Teknologi Mandiri

AI Asal China, Deepseek
Sumber :
  • New York Times

VIVA Digital – Persaingan global di dunia kecerdasan buatan (AI) memasuki babak baru. China dikabarkan siap merilis model bahasa besar (LLM) generasi terbaru mereka, DeepSeek-R2, pada rentang waktu 15 hingga 30 Agustus 2025.

Peluncuran ini datang hanya berselang beberapa hari setelah ChatGPT-5 resmi diluncurkan, membuat banyak pihak menilai langkah ini sebagai strategi berani untuk menantang dominasi teknologi Barat.

 

Bukan sekadar peningkatan generasi, DeepSeek-R2 disebut akan menghadirkan lompatan besar dalam arsitektur dan efisiensi pemrosesan AI.

Model ini akan mengadopsi struktur Mixture of Experts (MoE) yang lebih canggih, dilengkapi dengan jaringan gating pintar untuk menangani beban inferensi berskala besar dengan lebih efisien.

 

Sejumlah analis melihat kehadiran DeepSeek-R2 sebagai sinyal kuat bahwa China semakin dekat untuk mandiri di bidang AI, terutama karena pelatihan model ini dilakukan tanpa bergantung pada chip buatan Amerika Serikat.

 

Berikut fakta-fakta penting terkait DeepSeek-R2 yang membuat dunia teknologi menaruh perhatian besar.

 

1. Skala Parameter Hampir Dua Kali Lipat dari Pendahulunya

DeepSeek-R2 diperkirakan memiliki hingga 1,2 triliun parameter, hampir dua kali lipat dibanding DeepSeek-R1 yang memiliki 671 miliar parameter.

Meski jumlahnya masih di bawah ChatGPT-4 dan ChatGPT-5 yang melampaui 1,8 triliun parameter, peningkatan ini diharapkan memberi lonjakan signifikan dalam kemampuan reasoning dan pemahaman bahasa.

 

2. Dilatih Menggunakan Chip Buatan Huawei

Model ini sepenuhnya dilatih dengan chip Ascend 910B milik Huawei. Klaster komputasi Huawei mampu menghasilkan performa FP16 sebesar 512 PFLOPS dengan tingkat utilitas 82 persen, mendekati 91 persen performa klaster Nvidia A100.

Langkah ini dinilai sebagai strategi krusial untuk mengurangi ketergantungan China pada hardware AI buatan AS.

 

3. Biaya Pelatihan Sangat Efisien

Berkat pemanfaatan hardware lokal dan teknik optimasi, biaya pelatihan DeepSeek-R2 dikabarkan 97 persen lebih murah dibandingkan GPT-4. Efisiensi ini diperkirakan akan berdampak pada harga layanan API yang jauh lebih terjangkau, berpotensi mengubah peta persaingan harga AI global yang saat ini didominasi OpenAI dan Anthropic.

 

4. Dampak pada Pasar Saham Teknologi China

Kabar peluncuran DeepSeek-R2 membuat saham produsen chip AI, Cambricon, melonjak hingga 20 persen. Kapitalisasi pasar perusahaan tersebut kini menembus 355 miliar yuan atau sekitar Rp801,2 triliun, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek AI lokal.

 

5. Huawei Perkenalkan Framework Inferensi Baru

Bersamaan dengan perkembangan ini, Huawei juga merilis Unified Cache Manager (UCM), framework inferensi AI yang dirancang untuk mempercepat pemrosesan model. UCM mengoptimalkan pengelolaan data KV Cache di berbagai tingkatan memori, mulai dari HBM, DRAM, hingga SSD.

Dalam uji coba bersama China UnionPay, teknologi ini mampu menurunkan latensi hingga 90 persen dan meningkatkan throughput 22 kali lipat. Huawei berencana merilis UCM sebagai proyek open-source pada September 2025.

 

6. Menuju Kemandirian Penuh AI di China

Kombinasi peluncuran DeepSeek-R2 dan inovasi UCM dari Huawei menandai langkah signifikan menuju kemandirian AI di China. Dengan ekosistem yang sepenuhnya mengandalkan teknologi lokal, negara tersebut berpotensi membangun dan menjalankan sistem AI berperforma tinggi tanpa intervensi atau ketergantungan pada perangkat keras dan perangkat lunak Barat.

 

Dengan jadwal peluncuran yang semakin dekat, industri teknologi global kini menanti bagaimana performa DeepSeek-R2 akan dibandingkan dengan raksasa AI dunia. Jika prediksi efisiensi dan kinerjanya terbukti, ini bisa menjadi titik balik penting dalam peta persaingan AI internasional.