Merdeka dari Ancaman Siber: Membangun Fondasi Keuangan Digital yang Aman dan Berkelanjutan

Ilustrasi ancaman siber dalam keuangan digital
Sumber :
  • Gemini AI

AI sebagai Benteng Pertahanan Kolektif

Ancaman siber yang semakin canggih, terutama yang didukung oleh Kecerdasan Buatan (AI), memerlukan respons yang setara. Edit Prima, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, BSSN, menegaskan bahwa serangan siber berbasis AI, seperti phishing yang dipersonalisasi, hanya bisa dilawan dengan pertahanan berbasis AI juga. 

“Bicara keamanan siber, bicara AI tentu kita harus siap dengan serangan-serangan yang sudah berbasis AI, nah terus bagaimana caranya menghadapinya? Ya tentunya dengan AI juga,” ungkap Edit.

Untuk mewujudkan pertahanan kolektif, para pemangku kepentingan, termasuk OJK, Bank Indonesia (BI), BSSN, dan Kominfo, kini fokus pada aksi nyata, seperti berbagi intelijen siber dan pemblokiran URL berbahaya secara terkoordinasi. Upaya ini didukung oleh kerangka regulasi yang kuat, seperti Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 dari BI.

Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) juga memainkan peran krusial dalam membangun fondasi kepercayaan digital. Perusahaan seperti Privy, misalnya, menyediakan otentikasi identitas dan keaslian dokumen digital, memastikan setiap transaksi berjalan aman. 

“Membangun digital trust bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kolaborasi dan kepatuhan. Dengan identitas digital yang sah dan diakui negara, masyarakat maupun industri dapat bertransaksi dengan lebih aman dan percaya diri,” ujar CEO Privy sekaligus Wakil Ketua Umum I AFTECH, Marshall Pribadi. 

Momen Penting bagi Ekosistem Keuangan Digital