Saham dan Aset Kripto Hadapi Ujian Berat di September, Simpan atau Jual Sekarang?
- VIVA/ Muhammad Ali Wafa
Digital, VIVA – Fenomena September Effect yang merupakan mitos lama di Wall Street sejak puluhan tahun lalu, kerap menjadi periode paling lemah bagi indeks saham AS.
Rata-rata kinerja Saham AS tercatat lebih rendah dibanding bulan lain, dengan investor institusi kerap melakukan rebalancing portofolio menjelang akhir kuartal.
Ketegangan September 2025 ini semakin terasa karena pada 17 September mendatang, bank sentral AS, The Fed, akan menentukan arah suku bunga.
Konsensus pasar hampir bulat memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).
Merespons kondisi tersebut, Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menilai skenario tersebut kemungkinan juga sudah di-priced in oleh para pelaku pasar sejak berminggu-minggu lalu.
Artinya, risiko “sell the news” bisa jadi akan cukup besar, khususnya jika nada The Fed tetap hawkish dengan menekankan bahwa inflasi belum sepenuhnya terkendali.
“Bagi saham AS, efek pemangkasan tipis tersebut bisa ambigu. Jika nada dovish ikut mengiringi, sektor teknologi dan properti berpeluang memimpin reli. Namun jika pesan yang muncul justru hati-hati, investor mungkin akan mengambil aksi profit taking yang dapat membuat indeks bergerak cenderung datar atau bahkan bisa terkoreksi jangka pendek,” kata dia, Rabu, 10 September 2025.
Sementara bagi pasar aset kripto, kombinasi September Effect dan keputusan The Fed menjadi ujian besar.
“Performa harga saat ini yang masih relatif stagnan dengan beberapa koreksi minor dalam beberapa pekan terakhir, membuat kapitalisasi pasar aset kripto global saat ini masih berada di angka sekitar US$3,96 triliun, hanya sedikit di bawah angka tanggal 11 Agustus di US$4,06 triliun," jelasnya.
Namun, lanjut Fahmi, indeks Fear and Greed berada di level 49, menunjukkan pasar masih netral, belum optimistis, tapi juga tidak panik.
Ini berbeda dengan situasi pada kondisi di 11 Agustus lalu, di mana indeks tersebut berada di angka 70 yang mengindikasikan kondisi greed atau cukup optimis.
Selain itu, yang lebih membedakan tahun ini dengan periode historis sebelumnya adalah aliran dana besar dari investor institusional melalui ETF spot.
“Aliran masuk yang stabil sepanjang tahun telah memberi pondasi lebih kuat bagi harga Bitcoin dan Ethereum, sehingga penurunan harga yang ada relatif minor dan membuat Bitcoin mampu mempertahankan level harga di atas US$100.000,” tutur dia.
Strategi potensial
Bagi para investor, September kali ini bukan semata soal hindari bulan sial. Justru yang lebih penting adalah disiplin strategi menghadapi kombinasi faktor musiman dan makroekonomi.
"Salah satu strategi yang dapat dioptimalkan investor selain investasi rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA) ialah dengan memanfaatkan strategi Crypto Futures yang juga tersedia di Reku, untuk memungkinkan investor meraih keuntungan saat kondisi pasar naik maupun turun," paparnya.
Selain itu, investor juga perlu memperhatikan proyeksi perkembangan inflasi serta pandangan The Fed ke depan bisa menjadi cara mengelola risiko dengan tetap menjaga eksposur terhadap peluang kenaikan harga.
Di sisi lain, aset dengan katalis yang kuat seperti Bitcoin dan Ethereum masih bisa jadi pilihan bagi traders momentum.
Bagi investor jangka panjang, sebut Fahmi, September hanyalah satu bulan dalam siklus panjang.
Jika suku bunga global terus turun hingga 2026, aset yang cukup berisiko seperti aset kripto dan saham AS, besar kemungkinan tetap akan menjadi pemenang utama.
"Bitcoin diperkirakan masih bisa menguji level psikologis baru untuk mencetak new all time high khususnya jika tren pemangkasan berlanjut, sementara Ethereum punya katalis dari penguatan ekosistem rollups dan adopsi institusional seperti tren DATs (Digital Asset Treasury companies)," imbuhnya.