Sakura School Simulator dalam Perspektif Psikolog: Cerminan Dunia Remaja di Era Digital?
Konten kekerasan, hubungan asmara berlebihan, atau bahkan nuansa seksual bisa mengaburkan pemahaman remaja tentang batas norma sosial.
4. Cermin Budaya dan Kritik Sosial di Dunia Digital
Meski setting game ini berlatar Jepang, banyak pemain Indonesia yang memodifikasinya dengan unsur budaya lokal. Ada yang membuat sekolah islami, rumah adat, bahkan perayaan Lebaran.
Sosiolog digital asal Inggris, Dr. Tanya Byron, menyebut bahwa remaja secara tidak sadar mencerminkan kehidupan nyata mereka ke dalam dunia game.
Menurutnya, apa yang diciptakan remaja di dunia virtual sering kali merupakan pantulan dari hal-hal yang mereka alami, impikan, atau pertanyakan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bukan Dilarang, Tapi Didampingi
Pakar perilaku digital dari Harvard Medical School, Dr. Cheryl Olson, menyarankan agar orang tua ikut memahami game yang dimainkan anak mereka.
Daripada melarang, lebih baik orang tua ikut bermain atau minimal berdiskusi tentang isi gamenya.
Dengan begitu, game seperti Sakura School Simulator bisa menjadi alat bantu untuk memahami cara berpikir, perasaan, dan dinamika sosial yang sedang dihadapi anak remaja.