Dilarang Mendikdasmen dan DPR, 8 Fakta Mengejutkan Roblox yang Bikin Orang Tua Wajib Waspada

Game Roblox
Sumber :
  • IST

VIVA DigitalGame online Roblox kini tengah menjadi sorotan besar di Indonesia. Setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti secara resmi melarang siswa bermain Roblox, giliran Komisi I DPR RI mendesak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk segera memblokir game tersebut.

Cara Berobat ke Dokter di Roblox, Ikuti Panduan Lengkapnya!

 

Kekhawatiran muncul karena Roblox dinilai mengandung konten yang berpotensi membahayakan perkembangan anak.

7 Rekomendasi HP Terbaik untuk Main Roblox Tanpa Lag di 2025

Dari adegan kekerasan, bahasa kasar, hingga sistem transaksi yang dinilai tidak ramah anak, game ini disebut bisa memberikan dampak negatif yang serius jika dimainkan tanpa pengawasan.

 

Cara Ikut Pengajian di Roblox, Panduan Lengkap untuk Pemula

“Kami prihatin dengan masifnya anak-anak bermain Roblox yang banyak menampilkan adegan kekerasan,” ujar Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal, Kamis 7 Agustus 2025 dikutip dari tvOnenews.com.

 

“Jangan biarkan masa depan anak-anak dirusak karena ada game tersebut,” tegas politisi PKB itu.

 

Roblox sendiri selama ini dikenal sebagai platform game kreatif yang memungkinkan pengguna menciptakan dan memainkan jutaan permainan buatan komunitas. 

Namun di balik popularitasnya, tersimpan sejumlah fakta yang membuatnya menjadi perdebatan hangat.

Berikut rangkuman 8 fakta mengejutkan Roblox yang jarang diketahui orang tua dan pendidik.

 

1. Lebih dari Sekadar Game Biasa

 

Roblox bukan hanya satu permainan, melainkan sebuah platform dunia virtual yang berisi lebih dari 40 juta game buatan pengguna. Jenisnya beragam, mulai dari simulasi sekolah hingga aksi pertempuran. Sayangnya, tidak semua konten tersebut cocok untuk anak-anak, karena ada yang mengandung unsur kekerasan atau tema dewasa.

 

2. Gratis Dimainkan, Tapi Sarat Transaksi Robux

 

Roblox memang bisa dimainkan secara gratis, namun memiliki sistem transaksi menggunakan mata uang virtual bernama Robux. Anak-anak sering tergoda membeli item kosmetik, skin, atau akses ke game tertentu menggunakan Robux yang dibeli dengan uang asli. Banyak orang tua tidak sadar anaknya telah menghabiskan uang hingga jutaan rupiah.

 

3. Konten Kekerasan dan Bahasa Kasar

 

Tidak semua game di Roblox ramah anak. Ada permainan yang memuat adegan perkelahian, tembakan, darah, hingga kata-kata kasar. Karena dibuat oleh komunitas, konten tersebut sulit dikontrol sepenuhnya.

 

4. Pengawasan Konten yang Masih Lemah

 

Moderasi di Roblox belum sepenuhnya mampu menyaring semua game yang mengandung unsur kekerasan ekstrem, horor berlebihan, atau bahkan konten seksual. Celah ini membuat anak-anak tetap bisa mengakses permainan yang tidak pantas.

 

5. Fitur Chat yang Rentan Disalahgunakan

 

Roblox memiliki fitur chat yang memungkinkan pemain berinteraksi dengan orang asing. Hal ini membuka risiko terjadinya grooming online, penipuan, hingga eksploitasi anak, seperti yang sudah terjadi di beberapa negara.

 

6. Sempat Terkait Kasus Pencucian Uang

 

Pada 2023, sempat muncul laporan bahwa sistem Robux disalahgunakan untuk pencucian uang oleh pelaku kejahatan siber. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai keamanan transaksi di dalam game.

 

7. Potensi Menghasilkan Uang, Tapi Penuh Risiko

 

Banyak developer muda sukses meraih penghasilan tinggi dari membuat game di Roblox. Namun di sisi lain, hal ini juga mendorong sebagian anak menciptakan game tanpa memikirkan dampaknya, hanya demi mengejar keuntungan.

 

8. Pernah Diblokir di Beberapa Negara

 

Roblox sempat diblokir di beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab dan China, karena dianggap memiliki konten yang terlalu bebas dan tidak sesuai standar perlindungan anak. Di China, versi lokal bernama “Luobu” hanya bertahan beberapa bulan sebelum ditutup pada awal 2022.

 

Mengapa Orang Tua Harus Ekstra Waspada

 

Secara konsep, Roblox memang bisa menjadi sarana mengasah kreativitas dan kerja sama. Namun tanpa pengawasan ketat, game ini justru berpotensi membuka pintu ke dunia digital yang tidak sesuai usia. Apalagi konten di dalamnya dapat berubah sewaktu-waktu karena dibuat oleh komunitas global.

 

Seperti dijelaskan psikolog anak Dr. Sarah Domoff dari Central Michigan University, anak-anak belum sepenuhnya mampu membedakan fantasi dan kenyataan. Konten digital yang mengandung kekerasan atau unsur seksual bisa memengaruhi perilaku mereka di dunia nyata.

 

“Anak-anak seringkali belum bisa membedakan antara fantasi dan kenyataan. Mereka sangat rentan terhadap pengaruh media digital, apalagi jika kontennya mengandung unsur kekerasan atau seksual,” kata Dr. Sarah Domoff dikutip dari CNN Health.

 

Dengan adanya larangan dari Mendikdasmen dan desakan dari DPR, Komdigi kemungkinan akan mempertimbangkan pemblokiran atau setidaknya pembatasan konten terhadap Roblox di Indonesia. Hingga keputusan final diambil, peran orang tua tetap menjadi benteng utama dalam melindungi anak dari paparan konten digital yang berisiko.