Mending Beli HP Fingerprint atau Face Unlock? Ini Pertimbangannya

Face id iPhone
Sumber :
  • IST

Jakarta, VIVA DigitalSmartphone modern makin canggih, tapi satu pertanyaan klasik tetap menghantui calon pembeli: lebih aman pakai fingerprint atau face unlock? Kedua metode memang dirancang untuk mempermudah hidup, tetapi masing-masing punya sisi kuat dan titik lemah. 

Jangan Sembarangan! Ini Bahaya Menaruh HP di Dekat Kompor yang Harus Kamu Tahu

Di tengah maraknya promo ponsel baru 2025, memahami teknologi ini akan menyelamatkanmu dari penyesalan—dan mungkin juga dari tangan usil. Sebelum tergiur diskon flash sale, mari bongkar plus minus keduanya secara tuntas.

Cara Kerja Singkat: Sidik Jari vs Pengenalan Wajah

  • Fingerprint
    Sensor optik, kapasitif, atau ultrasonic merekam pola sidik jari, lalu mencocokkannya saat kamu menyentuh area sensor.
  • Face Unlock
    Kamera depan (2D) atau sensor kedalaman (3D infrared) memetakan kontur wajah, kemudian mencocokkan grid titik tersebut setiap kali ponsel dibangunkan.
Sering Taruh HP di Saku Celana? Waspadai 6 Dampak Buruk Ini!

Memahami mekanisme di balik layar inilah kunci supaya kamu tahu kenapa suatu metode bisa gagal atau sukses.

Kelebihan Fingerprint

  • Presisi tinggi: Pola sidik jari unik, sulit dipalsukan, dan akurasinya mencapai 1 banding 50.000—bahkan lebih tinggi pada sensor ultrasonic.
  • Bekerja tanpa cahaya: Gelap gulita? Tidak masalah. Sidik jari tetap terbaca, cocok untuk gamer yang sering main malam.
  • Fleksibel di posisi: Sekarang sensor bisa di samping, belakang, hingga di bawah layar (in-display) tanpa mengganggu desain.
Trump Mobile T1 Phone Ternyata Bukan Buatan AS, Hanya Gimmick Nasionalisme

Kekurangan Fingerprint

  • Terganggu kelembapan: Jari basah atau berminyak kerap membuat sensor gagal baca.
  • Pemakaian aksesori: Case tebal atau pelindung layar murahan dapat menurunkan akurasi in-display.

Kelebihan Face Unlock

  • Cepat & hands-free: Cukup mengangkat ponsel; cocok saat tangan sibuk memasak atau membawa barang.
  • Ramah aksesori: Sarung tangan? Tidak masalah—wajahmu tetap bisa dikenali.
  • Evolusi 3D: HP flagship 2025 memakai proyektor titik inframerah, membuat pemalsuan foto hampir mustahil.

Kekurangan Face Unlock

  • Butuh cahaya (versi 2D): Di ruangan gelap, hasilnya malu-maluin.
  • Tertutup masker/kacamata tebal: Sensor kesulitan mengenali kontur.
  • Privasi di ruang publik: Ponsel bisa otomatis terbuka begitu kamu menatap—berbahaya kalau ada yang iseng mengarahkan ke wajahmu saat tidur.

 

Tips Praktis Sebelum Membeli

  • Cek jenis sensornya: Pastikan “in-display ultrasonic” atau “face unlock 3D” kalau butuh proteksi ekstra.
  • Perbarui firmware: Produsen sering meningkatkan algoritma keamanan melalui update.
  • Aktifkan lapisan ganda: Gabungkan PIN atau pattern sebagai cadangan.
  • Pertimbangkan kondisi kesehatan: Jika sidik jari sering terkelupas, face unlock lebih nyaman.

Secara keseluruhan, face unlock bisa dibilang sedikit lebih unggul dalam kecepatan dan kepraktisan hands-free—ideal untuk konten kreator atau multitasker.

Adapun, fingerprint unggul dari segi presisi dan kompatibilitas lingkungan. Bagi pekerja kantoran, gamer malam, atau siapa pun yang ingin kepastian akses di segala kondisi, sensor sidik jari terasa lebih aman.

Jadi, apa pilihanmu?

Bagikan pendapat di kolom komentar—apakah kamu #TeamFaceUnlock atau #TeamFingerprint? Jangan lupa share artikel ini ke teman yang sedang galau memilih smartphone baru!