Duel Raksasa Udara: Mana yang Lebih Boros, Airbus A380 atau Boeing 747?
- Flight Global
Digital, VIVA – Dunia penerbangan pernah menyaksikan lahirnya dua raksasa langit yang mengubah wajah industri aviasi global. Boeing 747, sang "Queen of the Skies", membuka era pesawat jumbo jet sejak tahun 1970-an.
Sementara itu, Airbus A380 hadir puluhan tahun kemudian sebagai pesawat penumpang terbesar di dunia, menawarkan kemewahan dan kapasitas luar biasa.
Namun seiring berjalannya waktu, fokus industri bergeser. Tidak cukup hanya besar dan canggih, kini maskapai mencari efisiensi. Bahan bakar menjadi isu sentral karena biaya avtur merupakan komponen terbesar dalam operasional pesawat.
Lantas, dari dua raksasa ini, mana yang lebih hemat? Dan apakah keduanya masih relevan di era pesawat hemat energi?
Airbus A380 Sedikit Lebih Irit per Kursi
Secara teknis, Airbus A380 memiliki efisiensi bahan bakar yang sedikit lebih unggul dibandingkan Boeing 747, terutama varian lama seperti 747-400.
Airbus A380
- Airbus
Berdasarkan analisis industri, 747-400 menempuh sekitar 0,2 mil per galon bahan bakar, sedangkan A380 sekitar 0,1 mil per galon. Tapi karena A380 dapat menampung lebih dari 500 penumpang, maka perhitungan efisiensi per kursi justru menguntungkannya.
Efisiensi A380 berkisar antara 74 hingga 80 mil per galon per penumpang. Sedangkan 747 hanya sekitar 65 hingga 74 mil per galon per penumpang.
Desain dan Mesin Jadi Kunci Keunggulan A380
Airbus A380 mengusung desain yang lebih modern dan aerodinamis, sehingga mampu mengurangi hambatan udara saat terbang
Material ringan seperti komposit digunakan untuk meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan kekuatan struktur pesawat
Mesin generasi baru seperti Rolls-Royce Trent 900 dan Engine Alliance GP7200 terbukti lebih hemat bahan bakar dibanding mesin-mesin yang digunakan Boeing 747 varian lama
Kapasitas tempat duduk yang sangat tinggi memungkinkan distribusi konsumsi bahan bakar per penumpang menjadi lebih efisien
Pandangan Maskapai Dunia Terhadap Keduanya
Sejumlah maskapai dunia memiliki pandangan yang berbeda terhadap A380 dan 747
Qatar Airways secara terbuka menyebut A380 sebagai kesalahan terbesar mereka karena mahalnya biaya operasional
Lufthansa lebih memilih Boeing 747-8 yang dianggap seimbang antara jangkauan, kapasitas, dan efisiensi
Emirates menjadi operator A380 terbesar di dunia dan tetap mempertahankannya untuk rute-rute padat dengan lalu lintas tinggi
British Airways telah memensiunkan semua 747-nya, namun tetap mengoperasikan A380 untuk rute strategis ke Asia dan Amerika
Tapi Keduanya Kalah Jauh dari Twinjet Modern
Walaupun A380 lebih hemat dibanding 747, keduanya tertinggal dari pesawat generasi baru bermesin dua seperti Airbus A350 dan Boeing 787
Airbus A350 mampu mencetak efisiensi hingga 100 mil per galon per penumpang, menjadikannya jauh lebih ramah lingkungan dan ekonomis
Dengan hanya dua mesin, biaya perawatan dan risiko kerusakan juga lebih rendah dibandingkan pesawat bermesin empat
Maskapai juga lebih fleksibel dalam mengoperasikan A350 dan 787 karena tidak membutuhkan infrastruktur khusus seperti A380
Efisiensi Tidak Selalu Hitam Putih
Beberapa faktor eksternal bisa memengaruhi performa efisiensi sebuah pesawat di lapangan
Jika A380 tidak terisi penuh, maka efisiensinya bisa kalah dari 747-8 yang terisi optimal
Rute jarak pendek cenderung tidak cocok untuk A380 karena efisiensinya maksimal pada penerbangan jarak jauh
A380 juga memerlukan gate khusus, dua jembatan penumpang, dan waktu penanganan darat yang lebih lama, yang berarti menambah biaya
Era Raksasa Udara Mulai Redup
Secara teknis, Airbus A380 lebih hemat bahan bakar dibandingkan Boeing 747-400 dan 747-8 per kursi. Namun keduanya sudah mulai ditinggalkan karena kalah efisien dibanding pesawat modern bermesin ganda.
Saat maskapai semakin fokus pada penghematan biaya dan pengurangan emisi karbon, keberadaan pesawat bermesin empat seperti A380 dan 747 makin terpinggirkan. Tren menunjukkan bahwa masa depan penerbangan akan didominasi oleh pesawat twinjet yang lebih ramping, fleksibel, dan hemat energi.