F-22 Raptor Siap Jadi ‘Bos’ Drone Tempur Masa Depan, Pakai Tablet Buat Kendali Serangan?

F-22 Raptor
Sumber :
  • TWZ

Digital, VIVA – Jet tempur siluman F-22 Raptor milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) siap memasuki era baru dalam dunia pertempuran udara. Jet ini bukan lagi sekadar pemburu di langit, tapi juga akan berfungsi sebagai ‘komandan’ bagi armada drone tempur canggih yang dikenal sebagai Collaborative Combat Aircraft atau CCA.

Mendarat Darurat di Labuan Bajo, Ini Sosok CMV-22 Osprey Milik Militer AS yang Viral

Menariknya, para pilot F-22 akan menggunakan tablet di kokpit untuk mengendalikan drone-drone otonom ini.

 

Amerika Pamer 5 Teknologi Tempur Paling Canggih 2025, Iran Bisa Gigit Jari

Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Angkatan Udara AS untuk menghadirkan kolaborasi manusia dan kecerdasan buatan di medan tempur. Mulai tahun fiskal 2026, USAF akan mulai melakukan modifikasi pada F-22 agar bisa mengontrol drone tempur pendamping.

Proyek ini akan dilengkapi sistem kontrol berbasis tablet, kabel, integrasi perangkat lunak, serta pelatihan pilot. Semua ini dilakukan untuk memastikan F-22 tetap menjadi ujung tombak kekuatan udara Amerika hingga dekade mendatang.

Mengapa Tidak Ada yang Bisa Meniru B-2 Spirit? Ini Teknologi Rahasia di Baliknya

 

Lockheed Martin F-22 Raptor

Photo :
  • -

 

 

Berikut sejumlah fakta penting seputar proyek revolusioner ini:

 

F-22 Akan Jadi Jet Tempur Pertama yang Kendalikan Drone Tempur

 

F-22 dipilih sebagai pesawat tempur pertama yang akan dipasangi sistem kontrol drone CCA. Angkatan Udara mengalokasikan dana lebih dari 15 juta dolar AS untuk program bernama Crewed Platform Integration, yang mencakup pembelian 142 unit tablet dan perlengkapan pendukung untuk dipasang di F-22 aktif.

 

Tablet di Kokpit, Tapi Banyak Tantangan

 

sistem kendali drone menggunakan perangkat mirip tablet

Photo :
  • TWZ

Kontrol berbasis tablet dianggap sebagai solusi tercepat untuk uji coba awal. Namun, sejumlah pilot dan pakar industri mempertanyakan efektivitasnya, mengingat pilot F-22 sudah harus multitasking mengendalikan jet tempur dengan kecepatan tinggi. Mengatur strategi dan navigasi drone di saat bersamaan jelas bukan hal mudah.

 

General Atomics dan Anduril Kembangkan Prototipe Drone CCA

 

Dua perusahaan teknologi pertahanan, General Atomics dan Anduril, tengah mengembangkan dua varian drone CCA tahap awal, yaitu YFQ-42A dan YFQ-44A. USAF berencana membeli sekitar 100 hingga 150 unit untuk Increment 1, dan hingga 1.000 unit untuk fase-fase selanjutnya.

 

Lockheed Martin Sudah Siap Teknologinya

 

Sebagai produsen F-22 dan F-35, Lockheed Martin sudah memamerkan teknologi kontrol drone dari dalam kokpit. Lewat antarmuka layar sentuh, pilot bisa mengarahkan banyak drone secara bersamaan untuk menyerang target, meski teknologi ini masih dalam tahap penyempurnaan.

 

Tantangan Autonomi dan Keamanan

 

Meski ambisius, pengembangan drone pendamping ini menghadapi banyak tantangan teknis, mulai dari komunikasi antar pesawat, kecerdasan buatan, hingga keamanan agar tidak saling bertabrakan.

Untuk itu, USAF mengandalkan sejumlah jet uji coba seperti X-62A VISTA dan proyek VENOM dengan armada F-16 sebagai platform eksperimen kecerdasan buatan dan skenario pertempuran.

 

Eksperimen Skala Besar: Dari VENOM Hingga EOU

 

Angkatan Udara AS telah membentuk unit khusus bernama Experimental Operations Unit (EOU), yang kini diperluas menjadi satu skuadron penuh. Mereka akan bertanggung jawab atas pengujian drone CCA secara langsung dan pengembangan arsitektur otonomi untuk peperangan masa depan.

Sementara proyek VENOM akan fokus pada pengujian kecerdasan buatan dan skenario pertempuran seperti ofensif maupun defensif udara.

 

Masa Depan Pertempuran Udara: Manusia dan Mesin Bahu Membahu

 

Kolaborasi antara jet tempur berawak dan drone CCA ini digadang-gadang akan mengubah total doktrin perang udara modern. Tidak hanya F-22, jet tempur generasi kelima seperti F-35 dan bahkan bomber siluman B-21 Raider juga direncanakan akan berperan dalam ekosistem ini.

 

Dengan pengembangan yang terus berjalan dan pendanaan yang masif, proyek ini bisa menjadi lompatan terbesar dalam sejarah kekuatan udara modern.

F-22, yang sempat disebut akan pensiun, kini justru berada di garis depan evolusi peperangan cerdas.