Amerika Siapkan Monster Lautan Baru! Mesin FM 175D Bikin Kapal Tempur Jadi Tak Terbendung

USS Chancellorsville
Sumber :
  • U.S. Department of Defense

Digital, VIVA – Dunia pertahanan maritim tengah diguncang oleh langkah besar yang diambil Angkatan Laut Amerika Serikat. Di balik layar, negeri Paman Sam ternyata tengah mempersiapkan kartu truf terbarunya, yakni mesin FM 175D.

Bukan Main! Turki Luncurkan Drone Kamikaze Laut Pertama di Dunia, Bisa Hancurkan Kapal Tanpa Terdeteksi Radar

mesin FM 175D akan menjadi jantung kapal perusak generasi masa depan, DDG(X). Mesin ini bukan sembarang perangkat tempur laut, tapi menjadi simbol ambisi AS dalam mempertahankan dominasinya di medan perang samudra.

Kapal perusak baru tersebut digadang-gadang sebagai pengganti kapal-kapal legendaris seperti USS Ticonderoga dan Arleigh Burke yang sudah puluhan tahun mendominasi. Namun kini, babak baru kekuatan maritim akan dimulai dengan teknologi yang jauh lebih efisien, lebih hemat bahan bakar, dan lebih mematikan.

Geger! Inggris-Prancis Resmi Bentuk Aliansi Nuklir, Tunjukkan Pintu Keluar untuk Amerika?

Indonesia dan negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik tentu tak boleh memandang sebelah mata. Di tengah rivalitas Laut Cina Selatan dan meningkatnya persaingan militer global, kehadiran kapal perusak generasi baru AS bisa menjadi faktor strategis yang mengubah peta pertahanan kawasan.

Fairbanks Morse Defense (FMD) menjadi mitra utama proyek ini setelah menerima kontrak untuk menyuplai mesin generator diesel FM 175D kepada Angkatan Laut AS. Mesin tersebut akan dipasang di fasilitas uji canggih sebagai langkah awal validasi.

Daftar Negara Pemilik Angkatan Udara Terkuat di Dunia, Indonesia Masuk Daftar?

FM 175D akan diuji pada sistem propulsi terintegrasi (Integrated Power System/IPS) milik DDG(X), guna mengevaluasi efisiensi energi, ketahanan dalam kondisi ekstrem, dan kesiapan operasional jangka panjang.

Uji coba dilakukan di Philadelphia, tepatnya di Naval Surface Warfare Center, yang telah menyiapkan fasilitas berbasis darat skala penuh untuk menyimulasikan pengoperasian kapal secara realistis.

Mesin FM 175D diklaim sebagai salah satu mesin diesel laut paling kuat di Amerika. Tenaga yang dihasilkan mencapai kisaran 1.740 hingga 4.400 kilowatt, tergantung dari konfigurasi silinder yang dipilih.

Tersedia dalam varian 12, 16, dan 20 silinder, FM 175D bisa digunakan untuk dua fungsi utama: sebagai penggerak kapal maupun sebagai generator tenaga listrik, dengan daya hingga 3,8 megawatt.

Kinerja mesin ini sangat mengesankan, beroperasi pada putaran tinggi 1.800 hingga 2.000 RPM, dengan dukungan teknologi common-rail injection elektronik dan turbocharger efisiensi tinggi.

Mesin ini juga dirancang untuk mendukung beragam jenis bahan bakar laut dan memiliki interval perawatan yang panjang, sehingga cocok untuk operasi tempur laut yang berkelanjutan.

Program DDG(X) ini menjadi lanjutan dari pembatalan program CG(X), dan bertujuan menggantikan 22 kapal penjelajah Ticonderoga serta 28 kapal perusak Arleigh Burke generasi awal yang akan pensiun pada dekade 2030-an.

Pembangunan fisik kapal DDG(X) pertama diproyeksikan baru akan dimulai pada tahun 2032, menandakan bahwa AS benar-benar berhati-hati dalam membangun kekuatan lautnya secara strategis.

Kapal DDG(X) tidak hanya mengusung mesin canggih, tetapi juga mengintegrasikan teknologi senjata mutakhir, sensor pintar, serta sistem modular yang tidak bisa ditampung oleh kapal perusak konvensional.

Kapal ini dirancang agar lebih hemat bahan bakar hingga 25 persen, memiliki jangkauan tempuh lebih luas, dan mampu beroperasi lebih lama di lautan dibandingkan generasi sebelumnya.

Desain lambung baru dengan kemampuan siluman (stealth) juga akan menjadi fitur unggulan, termasuk adanya ruang ekstra untuk integrasi teknologi tempur masa depan seperti senjata laser atau peluru kendali hipersonik.

Kehadiran DDG(X) dengan mesin FM 175D bisa menjadi game changer dalam strategi tempur laut Amerika di masa depan. Tidak hanya membawa perubahan dalam armada AS, tapi juga bisa memaksa negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk mengevaluasi kesiapan pertahanan maritimnya.