Solusi Tantangan Industri Kreatif! Program Studi Digital Media Communication Hadir di Binus University
- Freepik
Digital – Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya perkembangan teknologi, industri kreatif menghadapi tantangan besar. Kemampuan storytelling yang kuat kini menjadi kunci untuk membedakan diri di era digital, baik bagi individu maupun brand.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, kini sudah hadir program studi Digital Media Communication (DMC) di perguruan tinggi sebagai jawaban atas dinamika komunikasi modern. Program ini dirancang agar mahasiswa mampu memahami strategi komunikasi digital, menciptakan konten relevan, dan beradaptasi dengan berbagai platform yang terus berevolusi.
Salah satu kampus yang menghadirkan program ini adalah BINUS University, yang resmi meluncurkan DMC di BINUS @Kemanggisan Anggrek Campus. Perkenalan program ini dilakukan melalui acara Studium Generale bertajuk “Where Stories Meet Experiences: Building Impact in a Connected World”. Acara tersebut dihadiri siswa SMA, Binusian, pelaku industri kreatif, hingga media, sekaligus menjadi ruang diskusi tentang transformasi media digital dan pentingnya storytelling di era terkoneksi.
“Program Digital Media Communication hadir sebagai respon atas perubahan besar dalam cara kita berkomunikasi, menciptakan konten, dan menjalin interaksi. Melalui program ini, kami ingin mencetak lulusan yang tidak hanya kreatif secara teknis, tapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang strategi komunikasi digital,” jelas Muslikhin, Head of Program Digital Media Communication BINUS University pada Sabtu, 26 Juli 2025.
Sebagai pembicara utama, Uni Lubis, Editor in Chief IDN Media, menegaskan pentingnya konten yang relevan.
“Di era ketika semua orang bisa jadi pembuat konten, kuncinya adalah bagaimana konten itu bisa relevan dan menyentuh emosi. Storytelling yang kuat bukan hanya soal teknis produksi, tetapi tentang kepekaan membaca audiens dan konteks sosial.”
Menjawab Dinamika Industri Digital
Muslikhin menambahkan bahwa industri media kini sedang berjuang menghadapi perubahan. Media yang bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan teknologi dan kebutuhan audiens. DMC mengajarkan mahasiswa untuk bercerita di berbagai platform seperti TikTok, game, website, hingga media sosial.
“Ke depan, talenta komunikasi harus multi-skill. Tidak cukup hanya menulis atau mengambil gambar. Mereka perlu memahami distribusi konten, menganalisis data, hingga peluang monetisasi,” ujarnya.
Menariknya, kurikulum DMC juga menekankan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk storytelling. Mahasiswa diajak memahami bagaimana AI bisa mempercepat pembuatan narasi, visual, hingga audiovisual.
“AI bukan ancaman, tetapi peluang. Masa depan media adalah kolaborasi human plus AI, bukan human versus AI,” tegas Muslikhin.
Membuka Peluang Karier Lebih Luas
Program ini mempersiapkan lulusan tidak hanya untuk bekerja di perusahaan media, tetapi juga perusahaan non-media yang kini mengelola platform digital sendiri. Dengan kemampuan strategis, kreatif, dan teknologi terkini, lulusan DMC bisa menjadi konten kreator, digital strategist, media planner, maupun komunikator publik yang relevan dengan kebutuhan industri kreatif saat ini.
Persiapan program ini memakan waktu lebih dari satu tahun, melibatkan praktisi media dan industri kreatif, sehingga kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Dengan hadirnya Digital Media Communication, kampus kini tak hanya mencetak lulusan akademis, tetapi juga talenta yang adaptif, kreatif, dan siap bersaing di dunia digital yang terus berkembang.