10 Sisi Gelap Sakura School Simulator yang Tak Banyak Disadari, Nomor 7 Bikin Kaget!

Cara Menikah di Sakura School Simulator
Sumber :
  • YouTube

Digital, VIVA – Sakura School Simulator dikenal sebagai game lucu dan menggemaskan yang banyak dimainkan remaja, terutama perempuan.

Seru! Begini Cara Mengendarai Delman di Sakura School Simulator

Dengan tampilan warna-warni dan karakter anime khas Jepang, sekilas game ini tampak aman untuk semua umur.

Tapi tunggu dulu, di balik tampilan manisnya, Sakura School menyimpan sejumlah sisi gelap yang jarang disadari pemain.

Lagi Viral! Ini Cara ke Toko Boneka Labubu di Sakura School Simulator, Bisa Jadi Spot Foto Favorit

Bahkan oleh orang tua yang anaknya aktif memainkannya. Mulai dari konten yang tak sesuai usia, hingga kebebasan tak terbatas yang bisa berdampak negatif jika tidak ada pengawasan.

Sakura 

Terungkap! Begini Cara Main ke Istana Elsa Frozen di Sakura School Simulator

Sakura School Simulator

Photo :
  • -

Berikut 10 sisi gelap dalam game Sakura School Simulator yang perlu kamu ketahui.

1. Tidak Ada Batasan Usia atau Filter Konten

Meskipun game ini tersedia bebas di toko aplikasi, tidak ada sistem filter yang membatasi konten berdasarkan usia. Pemain bisa membuat cerita tentang pacaran intens, konflik kekerasan, hingga aksi brutal tanpa pembatasan apa pun.

2. Bebas Menggunakan Senjata dan Melakukan Kekerasan

Di Sakura School, karakter bisa membawa senjata api, pedang, hingga granat. Tak hanya itu, pemain bisa menyerang NPC (karakter lain) tanpa konsekuensi, yang bisa membentuk pemahaman keliru tentang kekerasan.

3. Bisa Meniru Perilaku Negatif di Dunia Nyata

Banyak pemain anak-anak meniru gaya roleplay dari konten kreator lain tanpa memahami konteksnya. Termasuk adegan “pura-pura diculik”, balas dendam, bahkan perkelahian antar pelajar.

4. Roleplay Pacaran yang Terlalu Dewasa

Meskipun ditujukan untuk semua umur, banyak pemain yang menggunakan game ini untuk membuat roleplay hubungan pacaran yang terlalu vulgar untuk usia SD dan SMP. Beberapa bahkan menyelipkan narasi dewasa yang tidak pantas.

5. Glorifikasi Hidup Mewah dan Gengsi Sosial

Beberapa pemain membuat cerita tentang karakter kaya, populer, dan bergaya hidup glamor. Hal ini bisa menimbulkan standar sosial yang tidak realistis dan mendorong remaja merasa minder dengan kehidupan nyata mereka.

6. Minimnya Nilai Edukasi yang Terarah

Tidak seperti game edukatif lain, Sakura School tidak punya misi atau tujuan yang mendidik. Semuanya terserah pemain. Jika tidak diarahkan, anak bisa fokus pada hal-hal yang tidak produktif atau bahkan merugikan.

7. Tren Konten Viral yang Tidak Sehat di Medsos

Di YouTube dan TikTok, banyak video Sakura School Simulator yang trending justru menampilkan cerita-cerita ekstrem seperti "hamil di usia sekolah", "nikah muda", atau "balas dendam ke guru". Konten ini bisa memengaruhi cara berpikir remaja yang masih mencari identitas.

8. Pengaruh Komunitas Roleplayer yang Tidak Terpantau

Beberapa grup roleplayer Sakura School punya budaya saling pamer cerita yang makin dramatis dan “panas”. Tanpa moderator, grup ini bisa jadi tempat berkembangnya konten toxic yang beredar di bawah radar orang tua.

9. Potensi Adiksi karena Sistem Dunia Terbuka

Tanpa tujuan atau batas waktu, game ini bisa dimainkan berjam-jam tanpa henti. Dunia terbuka dan kustomisasi tak terbatas membuat pemain sulit berhenti, yang bisa memicu kecanduan digital.

10. Tidak Semua Orang Tua Paham Bahayanya

Banyak orang tua hanya melihat anaknya bermain “game lucu” tanpa tahu bahwa mereka sedang membuat cerita tentang pernikahan dini, konflik berdarah, atau konten yang jauh dari nilai moral sesuai usia. 

Perlu Pendampingan Orang Tua

Sakura School Simulator memang tampak menyenangkan dan kreatif, tapi sisi gelapnya tak bisa diabaikan begitu saja. Kebebasan total dalam game ini bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan pendampingan dan pemahaman dari orang tua. Sudah saatnya kita lebih jeli melihat apa yang benar-benar dimainkan anak, bukan hanya tampilannya saja.