5 Alasan Drone Tempur Semakin Diandalkan dalam Perang Modern
- NBC News
Jakarta, VIVA Digital – Beberapa waktu lalu dunia dikejutkan oleh eskalasi konflik di Timur Tengah setelah Iran meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Israel pada Sabtu malam, 13 April 2024.
Dalam operasi militer tersebut, Iran dilaporkan mengerahkan lebih dari 100 unit drone tempur disertai sejumlah rudal sebagai bagian dari aksi balasan atas serangan udara Israel ke Konsulat Iran di Damaskus beberapa waktu sebelumnya.
Langkah ofensif ini tidak hanya menunjukkan kapasitas militer Iran, tetapi juga menegaskan bahwa drone kini telah menjadi komponen penting dalam strategi perang modern. Penggunaan pesawat nirawak bersenjata dalam konflik berskala besar bukan lagi hal baru, namun intensitas dan skala penggunaannya dalam insiden terbaru ini menyoroti efektivitas drone tempur sebagai alat militer utama.
Lantas, apa sebenarnya yang membuat drone menjadi pilihan utama dalam banyak operasi militer masa kini?
1. Efisien Secara Biaya dan Logistik
Drone tempur dianggap sebagai solusi yang hemat anggaran dibandingkan senjata konvensional. Dibandingkan dengan pesawat tempur berawak atau peluru kendali jarak jauh, biaya produksi dan operasional drone jauh lebih rendah. Ditambah lagi, drone tidak memerlukan pilot di dalam kokpit, sehingga dapat menghemat biaya pelatihan dan risiko asuransi personel militer.
Efisiensi ini memungkinkan negara-negara seperti Iran untuk memiliki jumlah armada drone yang besar. Seperti yang terjadi dalam serangan ke Israel, Iran dapat mengerahkan lebih dari 100 drone dalam satu kali operasi, sesuatu yang mungkin sulit dilakukan jika hanya mengandalkan pesawat tempur konvensional.
2. Kemampuan Pengintaian dan Identifikasi Target Secara Presisi
Salah satu kekuatan utama drone tempur terletak pada kemampuannya dalam misi intelijen dan pengintaian. Drone modern dilengkapi dengan kamera resolusi tinggi, sensor inframerah, serta sistem navigasi dan komunikasi canggih yang memungkinkan pengumpulan data secara real-time.
Dengan teknologi ini, operator militer dapat mengidentifikasi posisi musuh, menyusun strategi serangan, hingga melakukan pembidikan target dengan akurasi tinggi, bahkan terhadap objek bergerak seperti kendaraan lapis baja atau konvoi militer.
3. Meminimalkan Risiko bagi Personel Militer
Berbeda dengan pesawat tempur tradisional, drone dikendalikan dari jarak jauh, sering kali dari markas atau pusat kendali yang aman jauh dari zona konflik. Hal ini secara signifikan mengurangi risiko kematian atau luka pada personel militer.
Drone tempur dapat diterjunkan ke wilayah berbahaya, termasuk area yang penuh dengan sistem pertahanan udara, tanpa harus mempertaruhkan nyawa pilot. Jika drone tertembak jatuh atau gagal menjalankan misinya, kerugiannya sebatas materi tanpa korban jiwa di pihak pengendali.
4. Fleksibel untuk Berbagai Misi Militer
Selain untuk serangan, drone juga dapat digunakan dalam berbagai skenario militer lainnya seperti patroli wilayah, pengawasan perbatasan, hingga misi kemanusiaan. Fleksibilitas ini membuat banyak negara berlomba mengembangkan teknologi drone, baik untuk pertahanan maupun serangan ofensif.
Iran, misalnya, telah mengembangkan sejumlah varian drone tempur dengan kemampuan berbeda-beda. Beberapa model dilaporkan memiliki daya jelajah tinggi, kemampuan stealth (tak terdeteksi radar), dan kapasitas membawa muatan rudal yang mematikan.
5. Tren Masa Depan: Perang Didominasi Drone
Kemajuan teknologi digital, kecerdasan buatan, dan otomatisasi telah mendorong transformasi besar dalam strategi militer global. Para analis meyakini bahwa dalam beberapa dekade mendatang, peran drone akan semakin dominan. Negara-negara dengan kemampuan produksi drone dalam skala besar—seperti Amerika Serikat, Turki, dan China—sudah mulai membentuk doktrin militer baru yang menempatkan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) sebagai kekuatan inti.
Serangan Iran terhadap Israel pada April 2024 memperlihatkan bahwa realitas tersebut sudah mulai terjadi. Dengan jumlah drone yang masif, efisiensi tinggi, dan risiko personel yang minim, drone bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan senjata strategis utama dalam peperangan modern.