Terungkap! Rahasia Jet Tempur Lawas yang Jatuh di Dhaka, Masihkah Layak Tempur di Era Drone dan AI?

Jet tempur F-7 BGI
Sumber :
  • war thunder

Digital, VIVA – Dunia penerbangan militer dikejutkan oleh insiden tragis yang melibatkan jet tempur lawas di Bangladesh. Sebuah pesawat F-7 BGI milik Angkatan Udara Bangladesh dilaporkan jatuh dan menimpa sebuah gedung sekolah di ibu kota Dhaka.

SR-71 Blackbird: Pesawat Mata-Mata AS yang Bisa Terbang Tiga Kali Lebih Cepat dari Peluru, Teknologinya Masih Misteri

Peristiwa ini tidak hanya memicu duka dan kecemasan, tetapi juga membuka kembali perdebatan besar: masih relevankah jet tempur era Perang Dingin beroperasi di era teknologi drone, kecerdasan buatan, dan jet generasi kelima?

 

China Gegerkan Dunia dengan Drone VTOL Baru: Desainnya Bikin AS Melongo, Ada Apa Sebenarnya?

F-7 BGI mungkin terlihat kuno bagi mata awam, tapi siapa sangka pesawat ini ternyata memiliki sederet fitur modern yang membuatnya tetap dilirik oleh beberapa negara. Jet ini adalah contoh unik bagaimana teknologi lama bisa diolah ulang dan tetap digunakan dalam lingkungan militer yang semakin kompleks.

Lantas, seperti apa kemampuan tempur F-7 BGI dan apa saja rahasia di balik eksistensinya yang panjang?

Tak Disangka, Jet Tempur Siluman Pertama Dibuat dari Kayu! Ini Evolusinya hingga Su-57

 

Berikut adalah penelusuran mendalam tentang karakteristik F-7 BGI yang menjadikannya anomali menarik di langit modern.

Jet tempur F-7 BGI

Photo :
  • -

 

Asal-Usul dan Evolusi Teknologi

 

F-7 BGI merupakan versi ekspor terbaru dari Chengdu F-7 buatan Tiongkok. Pada dasarnya, jet ini merupakan pengembangan dari MiG-21 milik Uni Soviet, salah satu pesawat tempur paling terkenal dan ikonik sepanjang masa.

Melalui perusahaan pertahanan China National Aero-Technology Import and Export Corporation atau CATIC, varian BGI dikembangkan khusus bagi negara-negara yang membutuhkan pesawat tempur ringan berbiaya rendah namun tetap memiliki fitur modern.

 

Tampilan Tua, Isi Futuristik

 

Meski mengandalkan struktur badan yang berakar dari dekade 1960-an, F-7 BGI mendapatkan perombakan besar di bagian dalamnya. Jet ini dibekali glass cockpit yang terbilang canggih di kelasnya, dilengkapi tiga layar Multi-Function Display, HUD atau Head-Up Display, serta Helmet-Mounted Sight yang memungkinkan pilot mengunci target hanya dengan mengarahkan pandangan mata. Kombinasi ini memberikan kesan futuristik yang kontras dengan penampilannya yang klasik.

 

Radar Tempur Buatan Lokal

 

F-7 BGI dipercaya mengusung radar pulse-doppler buatan Tiongkok, kemungkinan besar bertipe KLJ-6F. Radar ini dirancang untuk mendeteksi dan melacak target udara dengan lebih akurat, bahkan di tengah gangguan medan elektromagnetik. Ini adalah peningkatan signifikan dari radar lama yang ada pada varian F-7 sebelumnya.

 

Dilengkapi Beragam Sistem Persenjataan

 

Jet tempur ini mampu membawa rudal udara ke udara jarak pendek seperti PL-5E II atau PL-7, serta berbagai bom dan roket tak berpemandu untuk misi serangan darat terbatas. F-7 BGI juga memiliki kanon internal berkaliber 23 atau 30 milimeter yang dapat diandalkan untuk dogfight atau pertempuran udara jarak dekat.

 

Irit Operasional, Lincah di Udara

 

Salah satu daya tarik utama F-7 BGI adalah efisiensi biaya operasionalnya. Jet ini relatif murah untuk dirawat dan diterbangkan, cocok bagi angkatan udara dengan keterbatasan anggaran. Dengan desain tubuh yang ramping dan ringan, F-7 BGI sangat ideal untuk misi intersepsi, yakni menghadang pesawat musuh di udara sebelum mencapai wilayah kritis.

 

Namun Tetap Ada Keterbatasan

 

Sebagus apa pun modernisasi yang dilakukan, F-7 BGI tetap membawa warisan dari masa lalu. Kapasitas muatan senjatanya terbatas, radius operasional tidak terlalu jauh, dan tidak memiliki fitur siluman seperti jet generasi kelima. Struktur dasarnya pun memiliki batas dalam hal modifikasi lebih lanjut.

 

Strategi Cerdas Tiongkok

 

Jet ini merupakan bukti nyata strategi ekspor militer Tiongkok: memodernisasi platform lama agar bisa ditawarkan ke pasar berkembang. Dibandingkan membeli jet tempur canggih seharga ratusan juta dolar per unit, banyak negara justru memilih F-7 BGI sebagai solusi transisi menuju kekuatan udara yang lebih modern, tanpa menguras anggaran negara.

 

Satu-Satunya Pengguna Aktif

 

Menariknya, Bangladesh adalah satu-satunya negara yang diketahui secara resmi mengoperasikan varian F-7 BGI. Pengiriman pertamanya dimulai sejak 2013 dan mencakup juga varian dua tempat duduk FT-7 BGI yang digunakan sebagai jet latih tempur lanjutan.

 

 

Kesimpulan Masih Layak?

 

Tragedi jatuhnya F-7 BGI di Dhaka memang membuka luka, tapi juga menyibak tabir panjang dari sejarah jet ini. Ia bukan sekadar pesawat tempur tua, melainkan simbol dari strategi bertahan di tengah dinamika pertahanan global. Meski masa depannya mungkin semakin suram seiring dominasi drone dan jet siluman, kehadirannya hari ini tetap menjadi pengingat akan bagaimana teknologi lama bisa diberi nafas baru, walau dengan risiko yang tak kecil.