Hati-hati Krisis Energi akibat Lonjakan AI
- Freepik
Awal tahun ini, PJM dan beberapa pemerintah negara bagian mengambil langkah untuk mencoba menjaga harga listrik tetap rendah setelah lelang kapasitas tahun lalu menghasilkan harga US$269,92 (Rp4,4 juta) per MW per hari — peningkatan lebih dari 800 persen dari 2023.
Pada Januari misalnya, di bawah tekanan dari pengaduan yang diajukan Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro kepada Komisi Pengaturan Energi Federal, PJM menyetujui "kerah harga" — harga batas bawah dan batas atas yang ditetapkan sebesar US$175 (Rp2,8 juta) per MW per hari dan US$325 (Rp5,2 juta) per MW per hari untuk dua tahun ke depan.
PJM adalah organisasi transmisi regional yang mengelola pasar listrik grosir dan keandalan jaringan.
PJM mencakup "lorong pusat data", sebuah wilayah di Virginia yang menampung data center terbesar di dunia, menjadikannya sebagai contoh kasus tentang bagaimana pertumbuhan sektor ini akan memengaruhi harga listrik.
Operator jaringan dan politisi menghadapi dilema yang semakin meningkat tentang cara memenuhi permintaan daya yang meningkat dari pusat data yang melatih dan menerapkan AI, sekaligus menjaga agar tagihan listrik tidak melonjak.
Perusahaan utilitas menghabiskan jumlah rekor untuk membangun infrastruktur pembangkit dan transmisi mereka, beberapa di antaranya ditanggung langsung oleh perusahaan teknologi besar termasuk Amazon, Microsoft, dan Meta.
Selain lonjakan permintaan dari pusat data (data center), krisis energi juga dipicu oleh antrean interkoneksi yang panjang dan pensiunnya pembangkit listrik yang sudah tua.