Bagaimana Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia yang Fleksibel Mempengaruhi Stabilitas Rupiah dan Pertumbuhan Kredit

Ilustrasi uang rupiah
Sumber :
  • VIVA/Moh Nadlir

Digital – Dalam kondisi global yang penuh gejolak dan prospek domestik yang melemah, Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku bunga yang fleksibel—baik dalam memotong maupun mempertahankan tingkat suku bunga acuannya—dengan tujuan utama menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pertumbuhan kredit. Di tengah dinamika tersebut, platform investasi seperti HFM, broker teregulasi dan bereputasi internasional, menyediakan sarana andal bagi investor yang ingin memanfaatkan peluang di pasar global dengan dasar analisis yang kuat.

Hal yang Bisa Anda Pertimbangkan Sebelum Membeli Memecoin

Bank Indonesia sejak akhir 2024 telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali, mencapai level 5,50 % pada Mei 2025, setelah sebelumnya menetapkannya sebesar 5,75 %, menandakan sikap akomodatif yang bertujuan merangsang pemulihan ekonomi yang melambat dan memberikan ruang bagi pertumbuhan kredit perbankan. Namun pada bulan berikutnya, BI memilih untuk menahan suku bunga di tingkat tersebut, dengan menyampaikan bahwa prospek pemangkasan lebih lanjut sangat bergantung pada stabilitas rupiah dan kondisi global.

Penerapan kebijakan ini terbukti meningkatkan fleksibilitas Bank dalam merespon fluktuasi eksternal, seperti tekanan dari penguatan dolar AS, ketegangan geopolitik, serta dampak kebijakan tarif global. Upaya menjaga kepercayaan pasar juga tercermin dalam langkah-langkah intervensi di pasar spot, kontrak berjangka, serta pasar surat berharga negara, dan penyediaan likuiditas melalui operasi pasar terbuka.

Fitur Canggih ASUS ROG Flow Z13 2025: Tablet Gaming Revolusioner untuk Performa Maksimal

Di sisi nilai tukar, penerapan kebijakan cair ini mampu menahan depresiasi rupiah, yang sempat melemah cukup dalam pada awal tahun. Setelah intervensi dan pemangkasan suku bunga dilakukan, rupiah berhasil menguat kembali terhadap dolar AS. Stabilitas ini penting karena fluktuasi nilai tukar mempengaruhi biaya impor, inflasi domestik, serta ekspektasi ekonomi jangka panjang.

Kebijakan yang seimbang juga sengaja diarahkan untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit yang sempat melambat menunjukkan tren perbaikan sejak kuartal kedua 2025. Bank-bank mulai lebih aktif menyalurkan dana ke sektor produktif, didorong oleh permintaan yang meningkat dan suku bunga kredit yang mulai menurun.

6 Game Online Jadul Paling Populer yang Bikin Nostalgia

Dari perspektif transmisi moneter, efek dari pemangkasan suku bunga biasanya baru terasa dalam jangka waktu 3–6 bulan, terutama pada suku bunga pinjaman dan simpanan perbankan. Dengan langkah bertahap ini, BI berharap suku bunga kredit dapat turun lebih lanjut, merangsang permintaan modal kerja serta investasi produktif yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, kebijakan BI juga didukung oleh sinergi kebijakan makroprudensial yang bertujuan menjaga sistem keuangan tetap stabil. Langkah-langkah pelonggaran seperti penyesuaian rasio cadangan wajib dan pelonggaran ketentuan pembiayaan pada sektor prioritas turut memperkuat kapasitas perbankan dalam menyalurkan kredit, terutama kepada UMKM dan sektor padat karya.

Halaman Selanjutnya
img_title