Hati-hati Krisis Energi akibat Lonjakan AI

Ilustrasi AI
Sumber :
  • Freepik

Digital, VIVA - Permintaan tinggi untuk pusat data kecerdasan buatan (AI data center) memerlukan pasokan energi yang sangat besar, lantaran harus ditopang oleh suplai pembangkit listrik serta air untuk sistem pendinginan.

Guncangan di Apple: Pemimpin Tim AI Pindah ke Meta, Masa Depan AI Apple Dipertanyakan

Hal ini dikhawatirkan menimbulkan krisis energi ke depannya lantaran naiknya harga kedua energi tersebut yang berimbas ke konsumen/pelanggan. Mari kita bedah satu-satu.

Mengutip situs Financial Times, operator jaringan listrik di Amerika Serikat (AS), PJM, yang mencakup 13 negara bagian dan ibu kota Washington DC, mengumumkan jika mereka telah membeli pasokan energi senilai US$329,17 (Rp5,3 juta) per megawatt (MW) per hari, atau meningkat 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Visi AI Triliunan Dolar Sam Altman: 100 Juta GPU untuk Masa Depan ChatGPT dan Teknologi AI

Perusahaan itu akan membayar produsen listrik sebesar US$16,1 miliar (Rp262 triliun) untuk memenuhi kebutuhan energinya dari Juni 2026 hingga Mei 2027, alias meningkat 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

PJM juga memprediksi akan ada kenaikan 1-5 persen pada tagihan listrik pelanggan, tergantung pada bagaimana utilitas dan negara bagian mengelolanya.

5 AI Cerdas yang Bisa Ungkap Hoaks Digital dengan Mudah

"Ini tidak mengenakkan bagi para Wajib Pajak. Harga lelang yang sangat tinggi akan ditanggung sama pelanggan," kata Timothy Fox, direktur pelaksana di ClearView Energy Partners.

PJM menetapkan harga pada lelang kapasitas tahunan dimana pemasok listrik mengajukan penawaran untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan di wilayah tersebut.

Halaman Selanjutnya
img_title