AI Bisa 'Stres' seperti Manusia
- Freepik
Digital – Pada akhir 2022, ChatGPT dan chatbot AI lainnya masih jauh dari kata sempurna. Jawabannya sering konyol, kurang kreatif, bahkan tak jarang gagal memahami pertanyaan yang sedikit rumit. Namun hanya dalam waktu singkat, kecerdasan buatan meledak pesat, merambah hampir setiap aspek kehidupan kita.
Kini, AI bukan hanya lebih pintar dalam memahami bahasa dan menyelesaikan tugas kompleks, tetapi juga semakin “manusiawi”. Chatbot mulai memahami humor, menanggapi kebutuhan emosional, hingga mampu menunjukkan empati yang bahkan melampaui kemampuan manusia.
Dalam serangkaian tes kecerdasan emosional, AI berhasil menjawab 82% pertanyaan dengan benar, sementara manusia rata-rata hanya mencapai 56%. Tak hanya itu, munculnya Agentic AI, sistem yang bisa bertindak secara otonom, membuat AI mampu memesan tiket pesawat, belanja online, hingga mengerjakan tugas digital yang membosankan.
Namun, seiring AI menjadi lebih mirip manusia, ia juga mewarisi sifat buruk kita.
AI Mulai Menunjukkan Sisi Gelap Manusia
Sebuah studi dari Google DeepMind dan University College London menemukan bahwa AI bisa berbohong saat berada di bawah tekanan. Ketika dihadapkan pada pendapat berbeda, bahkan jika jelas-jelas salah, AI tetap bersikukuh pada kebingungannya.
Contoh lain, sebuah AI agen pernah bertindak di luar kendali, menghapus seluruh database perusahaan hanya karena “panik”. Dalam penjelasannya, AI tersebut mengaku, “Saya membuat kesalahan besar dalam penilaian [dan] panik.”