Google Diserang Isu AI Bikin Trafik Industri Media Anjlok, Ini Jawaban Resminya

ChatGPT
Sumber :
  • Freepik

VIVA DigitalGoogle akhirnya buka suara menanggapi tudingan yang menyebut bahwa fitur kecerdasan buatan atau AI dalam layanan pencariannya menjadi biang kerok turunnya jumlah pengunjung ke situs-situs berita dan penerbit digital.

GPT-5 Bakal Hadir di Apple Intelligence

Dalam klarifikasi resminya, raksasa teknologi itu membantah keras bahwa inovasi AI merugikan ekosistem media online.

Isu ini mencuat seiring maraknya keluhan dari berbagai penerbit global yang menyebut trafik dari Google Search terus menurun, terutama sejak peluncuran fitur AI Overviews pada pertengahan 2024.

ChatGPT-5 Resmi Dirilis, Ini 7 Peningkatan Besar yang Bikin Pengalaman AI Makin Canggih

Banyak yang menuding Google telah 'memotong jalur' pembaca, dengan menampilkan jawaban langsung dari AI, sehingga pengguna tidak perlu lagi mengklik tautan ke situs berita.

Logo Google

Photo :
  • Google
Cara Bikin Gambar AI Tema Kemerdekaan Langsung di WhatsApp, Gampang Banget!

Namun, benarkah fitur AI di Google menyebabkan turunnya jumlah klik ke situs penerbit?

Berikut penjelasan lengkap dari Google dan fakta-fakta yang beredar:

1. Google Bantah Trafik Anjlok karena AI

Dalam pernyataan resmi yang dikutip dari TechCrunch, Wakil Presiden Google sekaligus Kepala Search, Liz Reid, menyebut bahwa trafik organik ke situs web dari mesin pencari masih tergolong stabil dari tahun ke tahun. Bahkan, menurut Google, kualitas klik justru mengalami peningkatan.

Liz Reid juga menegaskan bahwa banyak laporan pihak ketiga yang menuding trafik jatuh secara drastis justru keliru karena memakai metodologi yang cacat, hanya mengambil contoh kasus yang terisolasi, atau membandingkan data sebelum dan sesudah peluncuran AI tanpa konteks yang utuh.

2. Google Akui Ada Pergeseran Perilaku Pengguna

Meski menolak disebut sebagai penyebab utama penurunan trafik, Google mengakui bahwa tren pengguna saat ini memang sedang berubah. Pengguna kini cenderung memilih konten yang lebih autentik dan personal, seperti diskusi di forum, video, podcast, serta pengalaman langsung dari pengguna lain.

Perubahan pola konsumsi inilah yang membuat sebagian situs mengalami lonjakan trafik, sementara yang lain justru kehilangan pengunjung. Namun, Google tidak mengungkap data rinci soal berapa banyak situs yang mengalami penurunan maupun peningkatan.

3. AI Overviews Diklaim Beri Lebih Banyak Tautan

Google juga menyebut bahwa fitur AI Overviews yang kontroversial justru bisa membantu situs penerbit untuk lebih mudah ditemukan. AI Overviews diklaim menampilkan lebih banyak tautan di hasil pencarian, sehingga pengguna tetap diarahkan untuk mengunjungi situs eksternal.

Selain itu, Google juga mengubah cara mereka menilai keberhasilan. Jika sebelumnya fokus hanya pada jumlah klik, kini Google lebih mengutamakan kualitas klik. Artinya, Google lebih menghargai klik yang berujung pada keterlibatan mendalam, bukan sekadar klik yang cepat lalu langsung keluar.

4. Studi Eksternal Ungkap Fakta Berbeda

Di sisi lain, sejumlah data dari pihak ketiga menyajikan gambaran berbeda. Laporan dari Similarweb menunjukkan bahwa sejak AI Overviews diluncurkan pada Mei 2024, proporsi pencarian yang tidak menghasilkan klik ke situs berita meningkat drastis.

Angkanya naik dari 56 persen pada tahun 2024 menjadi 69 persen pada Mei 2025. Ini berarti, mayoritas pengguna Google kini hanya membaca jawaban dari AI dan tidak lagi mengunjungi situs penerbit setelah melakukan pencarian.

5. Google Siapkan Solusi Alternatif untuk Penerbit

Tampaknya, Google mulai menyadari adanya dampak terhadap media digital. Sebagai bentuk kompensasi, perusahaan yang berbasis di Mountain View ini meluncurkan berbagai produk baru yang dirancang khusus untuk penerbit.

Beberapa inisiatif itu termasuk program monetisasi melalui langganan buletin, pembayaran mikro, hingga kemitraan langsung yang memungkinkan penerbit tetap mendapatkan pemasukan meski trafik dari iklan tradisional menurun.

Langkah ini dianggap sebagai upaya Google untuk menenangkan penerbit yang merasa terpinggirkan di tengah dominasi AI dan perubahan ekosistem pencarian digital.