Ternyata Perempuan 20% Lebih Jarang Gunakan AI, Apa Penyebabnya?
- Freepik
Laki-laki lebih sering bekerja di bidang yang erat dengan teknologi, seperti IT, data science, atau rekayasa perangkat lunak. Di sektor ini, eksperimen dengan AI sangat didorong, sehingga mereka otomatis menjadi pengguna awal.
3. Rasa skeptis dan isu keamanan
Survei menunjukkan perempuan lebih berhati-hati terhadap risiko AI, mulai dari privasi, bias algoritma, hingga potensi penyebaran informasi palsu. Kekhawatiran ini bisa menjadi alasan mengapa tingkat adopsinya lebih rendah.
Fenomena ini bukan hal baru. Saat komputer pribadi dan internet pertama kali diperkenalkan, pengguna laki-laki juga jauh lebih dominan sebelum akhirnya angka penggunaan lebih merata.
Data Global yang Menguatkan
Menurut laporan UNESCO dan World Economic Forum, perempuan hanya mengisi sekitar 20% posisi di bidang AI dan data science secara global. Di Amerika Serikat, data Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan perempuan hanya memegang 26–28% pekerjaan di bidang komputasi dan matematika, bahkan lebih rendah lagi di teknik, hanya sekitar 17%.
Karena laki-laki lebih terkonsentrasi di bidang yang sedang gencar menguji teknologi AI, mereka lebih cepat terbiasa. Sementara itu, perempuan lebih banyak berada di sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan administrasi, yang adopsi AI-nya relatif lebih lambat.