Konten Kreator Ramai-ramai Bercanda Soal Neraka Pakai Google Veo 3, Ustaz dan MUI Ingatkan Soal Melecehkan Agama
- TikTok
Digital, VIVA – Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) kembali memunculkan kontroversi di tengah publik. Salah satu inovasi terbaru, Google Veo 3, menjadi perbincangan hangat karena kemampuannya menghasilkan video realistis hanya dari perintah teks atau prompt.
Banyak kreator digital langsung memanfaatkan teknologi ini untuk membuat konten viral, termasuk video dengan tema-tema unik dan nyeleneh.
Namun, tren yang belakangan muncul justru mengundang keprihatinan, sejumlah kreator menggunakan Google Veo 3 untuk membuat visualisasi candaan soal neraka, lengkap dengan latar menyerupai api berkobar hingga tokoh-tokoh publik yang dijadikan karakter seolah-olah sedang disiksa di alam baka.
Konten tersebut memang bernuansa humor, tetapi justru dinilai menyinggung keyakinan sebagian besar umat beragama yang memandang neraka sebagai tempat nyata yang tidak layak dijadikan lelucon.
Konten Kreator Ramai-ramai Bercanda Soal Neraka Pakai Google Veo 3
- YouTube Ulama Guardian
Pandangan Islam: Neraka Bukan Bahan Candaan
Dalam ajaran Islam, neraka adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini. Beberapa ustaz ternama di Indonesia, seperti Ustaz Adi Hidayat dan Ustaz Khalid Basalamah, sebelumnya pernah menyampaikan bahwa menjadikan hal-hal gaib seperti neraka sebagai bahan lelucon bisa tergolong meremehkan ajaran agama.
Secara umum, mereka mengingatkan bahwa perilaku seperti itu bisa masuk dalam kategori istikhaffun bid din, yakni sikap merendahkan agama yang dapat berdampak pada akidah seseorang apabila dilakukan secara sengaja dan terus-menerus.
Dalam ceramah-ceramahnya, para dai juga sering menyinggung bahwa bercanda dengan hal yang sifatnya serius seperti siksa neraka atau azab kubur bukanlah bentuk kreativitas, melainkan potensi penyimpangan akidah, apalagi jika hal itu dilakukan untuk lucu-lucuan semata di media sosial.
Potensi Dosa dan Risiko Kekufuran
Dalam Al-Qur'an, Allah memperingatkan secara tegas kepada orang-orang yang menjadikan ayat-ayat-Nya dan agama sebagai bahan ejekan. Salah satu ayat yang sering dikutip dalam konteks ini adalah QS. At-Taubah ayat 65-66, yang berbicara tentang orang-orang yang memperolok ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya, dan dikatakan bahwa perbuatan itu bisa mengeluarkan seseorang dari keimanan.
Para ulama juga menegaskan bahwa bercanda soal neraka dapat berdampak pada keimanan seseorang jika dilakukan dengan niat mengejek atau mempermainkan syariat.
Netizen: Kreatif Boleh, Tapi Jangan Ngeledek Tuhan
Respons dari warganet tak kalah keras. Banyak yang menyayangkan para kreator yang membuat konten video AI bertema neraka hanya untuk hiburan atau lucu-lucuan. Apalagi sebagian besar penonton konten semacam ini adalah anak-anak muda yang mungkin belum memiliki pemahaman agama yang kuat.
“Kalau tempat azab aja bisa dijadikan guyonan, gimana kita mau takut sama dosa?” tulis seorang netizen.
Kekhawatiran publik makin bertambah karena konten seperti ini bisa cepat viral dan menyebar tanpa kontrol, padahal temanya sangat sensitif dan berkaitan dengan iman.
Perlu Ada Etika dalam Berkonten
Kebebasan berekspresi dan kemajuan teknologi seharusnya berjalan beriringan dengan etika dan moralitas. Dalam konteks agama, khususnya Islam, hal-hal sakral seperti surga dan neraka bukan untuk diparodikan. AI seperti Google Veo 3 memang membuka peluang besar dalam dunia konten kreatif, namun tetap harus digunakan secara bertanggung jawab.
Google Veo 3
- NNC Netralnews
MUI: Bisa Termasuk Tindakan Melecehkan Agama
Menanggapi fenomena ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, turut mengingatkan pentingnya menjaga batas dalam membuat konten digital.
Ia menilai candaan yang menjadikan surga dan neraka sebagai bahan olok-olok berpotensi menjadi pelecehan terhadap ajaran agama, terutama jika dilakukan secara sadar dan sengaja.
KH Cholil juga menyatakan bahwa konten seperti itu bisa termasuk ke dalam kategori istikhaffun bid din, yakni meremehkan agama, yang dalam hukum Islam tergolong dosa besar.
Ia mengimbau masyarakat dan para kreator untuk lebih bijak memanfaatkan teknologi seperti AI agar tidak kebablasan dan melanggar nilai-nilai religius.
"Membuat animasi neraka untuk edukasi dengan adab yang benar tentu berbeda dengan menjadikannya bahan bercandaan," ujarnya dalam salah satu pernyataan tertulis beberapa waktu lalu.