Cyberwar dan Selat Hormuz: Ancaman Perang Digital di Jalur Minyak Dunia
- myedisi.com
Ancaman itu makin serius di kawasan Teluk, termasuk Selat Hormuz yang diperebutkan Iran, Arab Saudi, UEA, dan menjadi pusat perhatian AS serta sekutu barat.
Iran dan Serangan Balasan Digital
Iran dikenal memiliki kemampuan siber yang signifikan. Kelompok peretas seperti APT33, APT34 (OilRig), dan Charming Kitten kerap dikaitkan dengan aktivitas spionase dan sabotase terhadap industri energi negara-negara Teluk.
Serangan Shamoon ke sistem Aramco pada 2012, yang menghapus data di 30 ribu komputer, jadi bukti nyata kekuatan destruktif dunia maya dalam konflik geopolitik.
Sebagai respons, banyak negara Teluk menggandeng perusahaan keamanan siber global seperti Palo Alto Networks, CrowdStrike, dan Check Point untuk membangun pertahanan digital berlapis. Beberapa bahkan mengembangkan SOC (Security Operation Center) milik negara guna memantau ancaman secara real time.
Kapal Tanker pun Bisa Jadi Target Siber
Tak hanya kilang, kapal tanker raksasa yang melintas Selat Hormuz juga sangat rentan. Sistem navigasi otomatis seperti GPS, radar, dan Electronic Chart Display bisa disabotase untuk menyebabkan tabrakan atau membuat kapal menyimpang ke perairan musuh.