Cyberwar dan Selat Hormuz: Ancaman Perang Digital di Jalur Minyak Dunia
- myedisi.com
Dalam skenario ekstrem, hacker bisa “menghilangkan” keberadaan kapal dari radar dengan spoofing AIS, teknik manipulasi data posisi kapal di jaringan global.
Pada 2021, misalnya, insiden misterius yang dialami kapal tanker berbendera Liberia di Teluk Oman sempat memicu dugaan serangan siber. Meskipun tidak dikonfirmasi secara resmi, beberapa analis menyebut pola pergerakan kapal seperti “dipalsukan” atau diubah secara paksa.
AS, NATO, dan Operasi Pertahanan Digital di Teluk
Amerika Serikat sebagai pelindung lalu lintas energi global, khususnya melalui Armada Kelima di Bahrain, juga semakin fokus pada perang siber di kawasan Teluk. Pentagon bahkan menjadikan Selat Hormuz sebagai bagian dari "Cyber Command Interest Zone", dan memperkuat pertahanan digital lewat latihan bersama NATO dan negara-negara GCC.
Operasi Sentinel, yang diluncurkan untuk menjaga kebebasan navigasi di Selat Hormuz, kini juga memiliki komponen siber untuk mengawasi jaringan dan aktivitas digital yang mencurigakan di sekitar pelabuhan dan rute tanker.
Perang Minyak Kini Menyusup Lewat Jalur Digital
Dunia saat ini menghadapi wajah baru dari ancaman energi, cyberwarfare. Jika dulu blokade dilakukan lewat ranjau laut atau kapal perang, kini cukup dengan satu skrip malware untuk menghentikan aliran minyak global.