Merdeka dari Ancaman Siber: Membangun Fondasi Keuangan Digital yang Aman dan Berkelanjutan
- Gemini AI
“Bicara keamanan siber, bicara AI tentu kita harus siap dengan serangan-serangan yang sudah berbasis AI, nah terus bagaimana caranya menghadapinya? Ya tentunya dengan AI juga,” ungkap Edit.
Untuk mewujudkan pertahanan kolektif, para pemangku kepentingan, termasuk OJK, Bank Indonesia (BI), BSSN, dan Kominfo, kini fokus pada aksi nyata, seperti berbagi intelijen siber dan pemblokiran URL berbahaya secara terkoordinasi. Upaya ini didukung oleh kerangka regulasi yang kuat, seperti Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 dari BI.
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) juga memainkan peran krusial dalam membangun fondasi kepercayaan digital. Perusahaan seperti Privy, misalnya, menyediakan otentikasi identitas dan keaslian dokumen digital, memastikan setiap transaksi berjalan aman.
“Membangun digital trust bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kolaborasi dan kepatuhan. Dengan identitas digital yang sah dan diakui negara, masyarakat maupun industri dapat bertransaksi dengan lebih aman dan percaya diri,” ujar CEO Privy sekaligus Wakil Ketua Umum I AFTECH, Marshall Pribadi.
Momen Penting bagi Ekosistem Keuangan Digital
Kesuksesan IDBS 2025 dengan partisipasi lebih dari 400 pemimpin industri, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya, menegaskan pentingnya forum ini. Forum strategis ini menjadi titik temu bagi regulator, perbankan, fintech, dan sektor riil untuk merumuskan masa depan keuangan digital yang inovatif, inklusif, dan aman.
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk melawan ancaman, tetapi juga untuk membangun fondasi yang kokoh agar keuangan digital dapat benar-benar menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.