Ancaman Deepfake: Bagaimana Kita Bisa Membedakan Realita dan Manipulasi Digital
- TikTok
Jakarta, VIVA – Di era digital saat ini, fenomena deepfake semakin meresahkan. Teknologi berbasis kecerdasan buatan ini mampu menciptakan video atau audio palsu yang terlihat begitu nyata, sehingga sulit dibedakan dengan konten asli.
Bukan hanya sekadar hiburan, deepfake juga berpotensi digunakan untuk menyebarkan disinformasi, merusak reputasi seseorang, bahkan memengaruhi opini publik.
Sejumlah pakar internasional menilai ancaman deepfake tidak bisa dianggap remeh. Laurel Cook dan Amy Cyphert dari West Virginia University menyebut bahwa masyarakat perlu menganggap konten deepfake layaknya spam digital.
Menurut mereka, cara terbaik untuk tetap waspada adalah bersikap skeptis terhadap konten yang terlalu memancing emosi, terutama kemarahan atau rumor provokatif.
Hasil video buatan Google Veo 3
- TikTok/galeka.666
Mereka menekankan bahwa detail kecil pada wajah, mata, hingga ekspresi sering kali bisa mengungkap kejanggalan dalam sebuah video.
Sementara itu, Siwei Lyu, pakar kecerdasan buatan dari University of Buffalo yang juga pengembang platform DeepFake-o-meter, mengingatkan bahwa hasil dari deteksi otomatis sering kali tidak konsisten.